Mancanegara

Amerika Serikat dan Turki Sepakat Berdamai

NUSANTARANEWS.CO – Retorika anti Amerika Serikat Presiden Tayyip Erdogan belakangan membuat hubungan Turki dan AS sedikit terganggu. Ketegangan kedua negara terjadi lantaran Erdogan geram dengan sikap AS yang mendukung militan Kurdi di perbatasan. Padahal, militan Kurdi dianggap Ankara sebagai kelompok teroris yang mengancam stabilitas keamanan Turki di perbatasan.

Ditambah lagi rencana AS menciptakan pasukan dalam skala besar yang terdiri dari orang-orang Kurdi dianggap Ankara sebagai bentuk ancaman nyata. Menurut Turki, AS terus-menerus mempersenjatai militan Kurdi selama ini.

Alhasil, Ankara tak mau peduli. Operasi Ranting Zaitun tetap dilancarkan pasukan Ankara yang menyisir perbatasan Turki selatan yang dianggap sebagai markas YPG Kurdi, terutama di Afrin dan Manbij.

AS tidak menempatkan pasukannya di Afrin. Namun, pasukan Turki sangat agresif dan bernafsu melancarkan serangan demi serangan baik darat maupun udara di wilayah tersebut. Ankara tak peduli dengan kecaman dunia internasional, termasuk AS dan PBB. Menghancurkan YPG Kurdi adalah harga mati bagi Ankara. Bahkan, Erdogan mengancam tentara AS yang bercokol di Manbij.

Baca Juga:  Belgia: Inisiatif Otonomi di Sahara Maroko adalah Pondasi Terbaik untuk Solusi bagi Semua Pihak

Baca juga:
AS Bujuk Turki Ubah Target dalam Operasi Ranting Zaitun di Afrin
Pasukan AS Siap Maladeni Ancaman Konfrontasi Turki di Manbij
Mencermati Lawatan Tillerson ke Turki, Mesir dan Timur Tengah

Ancaman Erdogan ini membuat Pentagon harus memutar otak untuk menghentikannya dengan jalan diplomasi. Akhirnya, Menteri Pertahanan AS dan Turki menggelar pertemuan di Brussel. Dalam pertemuan itu, James Mattis menjelaskan kepada Nurettin Canikli soal posisi pasukan AS di Manbij dan hubungannya dengan YPG Kurdi. Menurutnya, YPG berbeda dengan PKK dan PYD. Penjelasan panjang lebar Mattis dimengerti Canikli.

Tak hanya Mattis, Sekretaris Negaras AS Rex Tillerson pada Jumat (16/2) juga mencoba untuk menyelamatkan hubungan strategis AS-Turki dengan mengadakan pertemuan dengan Presiden Erdogan dalam sebuah kunjungan dua hari.

Tillerson menyebut hubungan AS-Turki sudah berada pada titik kritis lantaran perselisihan di Afrin terkait YPG Kurdi. “Hubungan kami berada pada titik kritis,” kata Tillerson dalam sebuah konferensi pers usai bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusolgu dikutip Reuters. Dia juga mengatakan telah berdiskusi selama tiga jam dengan Presiden Erdogan.

Baca Juga:  Apakah Orban Benar tentang Kegagalan UE yang Tiada Henti?

Hasil pertemuan Tillerson, Cavusoglu dan Erdogan menyepakati AS dan Turki akan menyatukan pasukan mereka di Manbij untuk menggelar operasi lanjutan memburu kelompok teroris. Cavusoglu menuturkan, pasukan AS dan Turki sepakat berjalan bergandengan di Suriah dengan syarat YPG Kurdi meninggalkan daerah sekitar Manbij dan menuju ke posisi timur sungai Efrat.

“Bukan hanya Manbij, kita juga harus memikirkan seluruh wilayah utara Suriah,” kata Tillerson.

Namun begitu, perundingan AS-Turki kali ini bersifat sementara, hanya untuk menahan laju pasukan Turki agar jangan sampai memperluas operasi militernya hingga ke Manbij karena akan berhadap-hadapan langsung dengan pasukan AS. Rencananya, perundingan akan kembali digelar pada pertengahan Maret mendatang, khususnya soal Manbij. (red)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3