Berita UtamaLintas NusaTerbaru

Aktivis Perbatasan Dukung Pernyataan Pangkostrad Hindari Fanatik Terhadap Agama

Aktivis Perbatasan Dukung Pernyataan Pangkostrad Hindari Fanatik Terhadap Agama
Aktivis perbatasan dukung pernyataan Pangkostrad hindari fanatik terhadap agama/Foto: Aktivis Perbatasan, Saddam Husein.

NUSANTARANEWS.CO, Nunukan – Fanatisme golongan tidak dibenarkan dalam Islam, karena fanatismelah yang sering menjadi penyebab konflik, baik konflik antarsuku, ras maupun agama dan antar-golongan (Sara).

“Konflik terjadi karena fanatisme biasanya berakhir dengan ketegangan dan dendam kesumat,” tutur Aktivis Perbatasan,  Saddan Husein,  Sabtu (18/9)

Menurutnya, Islam memberikan rambu-rambu kehidupan kepada umatnya untuk mencegah sikap fanatik dan mau menang sendiri, di antaranya adalah tasamuh (toleransi) dan sayang-menyayangi terhadap sesama manusia dengan cinta kasih.

“Dengan tasamuh sikap seseorang diikat dengan tali persamaan bukan dengan tali perbedaan. Orang yang beretnis tertentu harus ber-tasamuh dengan orang yang beretnis lain. Berbeda dalam hal keetnisan tapi sama di mata Allah,” ujarnya

Lebih lanjut Sadam Husein mengungkapkan, seorang Muslim yang sejati tidak pernah membeda-bedakan seseorang dengan orang yang lain atas dasar etnis atau golongan. Sebaliknya yang membedakannya adalah ketakwaan kepada Allah SWT.

Baca Juga:  Pemdes Kaduara Timur Salurkan BLT

”Sehingga apa yang disampaikan oleh Pangkostrad yang meminta para prajurit agar menghindari sikap fanatik berlebihan terhadap suatu agama tertentu sudah sangat tepat,” tandasnya.

Sebelumnya, saat melakukan kunjungan ke Batalyon Zipur 9 Kostrad, Ujungberung, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/9) lalu,  Pangkostrad meminta memberi pengarahan kepada para prajurit yang diantaranya meminta agar menghindari fanatisme yang berlebihan.

“Hindari fanatik yang berlebihan terhadap suatu agama. Karena semua agama itu benar di mata Tuhan,” tutur Dudung

Dudung juga mengingatkan agar para prajurit TNI cermat saat menyikapi pemberitaan yang beredar di media sosial.

Saddam Husein menilai, pro dan kontra terhadap sebuah pernyataan dan sikap tak terkecuali pernyataan dari Pangkostrad adalah sesuatu yang wajar karena bagian dari demokrasi.  Namun ia kembal menegaskan bahwa sesuai agama yang dianutnya, ia mengajak umat islam kembali meneladani Rasulullah salallahu alaihi wasalam.

Rasulullah, menurutnya tidak pernah membedakan golongan Aus dengan Khazraj yang merupakan suku mayoritas di Madinah. Justru Rasulullah mempersatukan keduanya dengan cahaya Islam.

Baca Juga:  Polisi di Sumenep Bantu Warga Dorong Kendaraan Terjebak Banjir

“Pernah pada suatu hari di Madinah Rasul marah ketika mendengar golongan Aus dan Khazraj akan berperang kembali seperti dahulu. Dan beliau mendamaikannya kembali,” tuturnya.

Fanatik yang berlebihan menurutnya akan sangat berbahaya dalam kehidupan sosial dari masyarakat yang multikultural.  Terlebih di wilayah perbatasan yang masyarakatnya sangat heterogen, sikap fanatik bukan hanya akan menimbulkan konflik akan tetapi juga dapat berpotensi menjadi penyebab lemahnya kedaulatan.

“Keharmonisan masyarakat adalah salah satu pilar pertahanan negara.  Namun semua itu akan pupus begitu saja, jikalau masih ada sifat intoleran yang masih mengakar di benak tiap pribadi,” pungkasnya. []

Pewarta: Eddy Santry

Related Posts

1 of 3,049