Budaya / Seni

Akses Menuju Makam Rakean Sancang Perlu Perhatian Serius Semua Pihak

berziarah dan menelusuri sejarah Rakean Sancang yang disebutnya merupakan penyebar agama Islam pertama di Indonesia.
Makam Rakean Sancang Gunung Nagara yang diperkirakan sebagai penyebar agama Islam pertama di Indonesia. (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kondisi medan menuju lokasi Makam Rakean Sancang Gunung Nagara terjal dan curam ditambah lagi jaraknya cukup jauh dari perkotaan. Jika tidak hati-hati, kondisi jalan cukup berbahaya karena sisi kiri dan kanan terdapat jurang setinggi lebih dari 200 meter. Untuk naik, kemiringannya bisa mencapai 60-75 persen dan tidak ada jalan traf sebagai tangga sehingga terpaksa harus berpegangan dengan tali karena kondisi jalan licin berpasir.

Demikian disampaikan Budayawan, Abah Anton Charliyan yang berziarah dan menelusuri sejarah Rakean Sancang yang disebutnya merupakan penyebar agama Islam pertama di Indonesia.

Selain itu, katanya, di bawah belum ada pintu gerbang yang menunjukkan identitas petilasan atau makam Rakean Sancang Gunung Nagara yang bersejarah itu. Pun statusnya belum juga jelas. Padahal, jika sudah terungkap jelas, petilasan ini bisa menjadi situs dan sejarah yang luar biasa terutama dalam konteks menelusuri jejak penyebaran ajaran Islam di Bumi Nusantara.

Bahkan, tak menutup kemungkinan juga bisa banyak menguak misteri-misteri sejarah yang masih rapat tersembunyi. Untuk itu, masyarakat dan komunitas yang peduli akan budaya adat dan sejarah memberanikan diri membangun gerbang pintu masuk dan tangga pembuka untuk naik ke atas bukit.

“Namun, upaya tersebut masih sebatas swadaya sendiri, masing-masing masyarakat dan komunitas yang peduli terkait keberadaan petilasan ini urunan gotong royong semampunya,” ungkap Abah Anton.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Abah Anton menuturkan, kegiatan pembangunan menuju Makam Rakean Sancang Gunung Nagara ini dilaksanakan masyarakat dan komunitas selama dua pekan. Dalam rentang waktu yang singkat tersebut tidak mungkin bisa mengandalkan pemerintah. Meski demikian, katanya, masyarakat dan komunitas berharap kepada semua pihak untuk turut serta berpartisipasi dan bantuannya untuk membangun jalan dan tangga menuju Makam Rakean Sancang Gunung Nagara.

“Terutama masyarakat yang masih peduli dengan sejarah adat dan budaya nusantara,” tuturnya.

Sekilas tentang Rakean Sancang Gunung Nagara

Pada tahun 640 Masehi, diperkirakan pemakamam tersebut merupakan pemakaman para raja dan para pejabat pengelola negara. Jika dilihat dari karakter pemakaman, termasuk pemakaman Muslim. Hal tersebut bisa dilihat dari huruf Arab yang ditulis masih terpisah-pisah, ditemukan tulisan Lailaha Ilallah, bismillah, angka-angka tahun aantara lain 119 H, 12 H, 1119. 111. 1111 dan seterusnya.

Dari angka tahun tersebut, kemungkinan makam itu jika merujuk pada angka 12 H sudah ada sejak sekitar tahun 622 Masehi. Dan jika merujuk pada 111 H, maka sekitar 721 Masehi. Artinya Islam masuk ke Nusantara melalui Garut jauh lebih tua dari catatan sejarah yang selama ini sering diajarkan di bangku-bangku sekolah yaitu sekitar abad 14–15 Masehi.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Menurut cerita rakyat, di pemakaman tersebut disemayamkan petilasan Rakeyan Kean Sancang yang dikenal juga sebagai Jalu, putra Raja Tarumanagara VIII Kertawarman yang lahir sekitar tahun 591 Masehi, dari putri Setyawati alias Nyi Arum Honje atau Wang Amet Samidha dari Hutan Sancang Tepu Sungai Cikaengan Garut, bukan Pangeran Kean Santang putra Prabu Jayadewata Sribaduga Maharaja di tahun 1486 Masehi.

Jika dilihat dari tahun kelahiran memang se-zaman dengan zaman Rosulullah Saw dan para sahabat di mana baginda Rosulullah lahir 571 Masehi. Adapun tahun hijriah dimulai tahun 610 Masehi.

Di makam Rakean Sancang Gunung Nagara tersebut ada tertulis 12 H = 622 M. Konon, pada usia 45-50 tahun atau sekitar tahun 640–646 Masehi, Rakean Sancang pergi ke Mekah untuk ibadah haji dan berguru kepada Sayidina Ali. Bahkan, berdasarkan catatan ulama Mesir, Syaidina Ali bin Abi Thalib Ra pada saat mengislamkan Cyprus Tripoli dan Afrika Utara dibantu oleh tokoh asal Timur Jauh, Javadwipa. Diperjelas lagi dengan Naskah Wangsakerta bahwa yang ikut membantu dalam penaklukan di Afrika adalah Putra Raja Taumanagara VIII. Siapa lagi putra Tarumanagara yang ke Mekah di zaman itu selain Rakean Sancang yang ternyata selama di tanah Arab, selain naik haji dan memperdalam Agama, beliau juga ikut membantu penaklukan-penaklukan dalam rangka syiar Islam di masa Sayidina Ali.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Setibanya dari tanah suci, di Sancang beliau awalnya mendirikan Padepokan dan dinamakanlah daerah tersebut sebagai Kampung Depok yang kemudian akhirnya mendirikan Kedatuan Suramandiri sebagai wilayah yang mandiri atau negara kecil. Ketika Sayidina Ali mendapat musibah di Bavok di Masjid Kafash, beliau berangkat ke Mekah lagi, tapi hal tersebut menjadi kesempatan oleh Tarumanagara Padepokan Suramandiri diserang Naga Jayawarman. Sehingga Gunung Nagara hancur dan ribuan syuhada gugur di sana.

Selain itu, di pemakaman tersebut disemayamkan Si Eyang Ruhi Kudratullah, Prabu Kian Santang, Ratu Gandawati (istri Kian Santang), Syeh Abdul Jabar, Eyang Sembah Ibrahim, Eyang Raksabumi dan lain-lain.

Itulah sekilas riwayat tentang Rakean Sancang dan Gunung Nagara yang ternyata merupakan tokoh penyebar agama Islam pertama di Nusantara se-zaman dengan Kekhalifahan Sayidina Ali Ra, lahir 15 September 601 Masehi dan wafat pada 29 Jan 661, masa kekhalifahan 632–661 M.

Meski demikian, semua tentu masih perlu kajian dan penelitian lebih lanjut dan seksama melalui seminar-seminar ilmiah di kampus-kampus. (ach/eda/sld)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,049