MancanegaraTerbaru

Akhirnya, Pelabuhan Strategis Sri Lanka Dikuasai China

NUSANTARANEWS.CO, Kolombo – Akhirnya, Pelabuhan Strategis Sri Lanka Dikuasai China. Pemerintah Sri Lanka pada hari Selasa (25/7) menyetujui penjualan ke China dari saham mayoritas di pelabuhan laut yang mengalami kerugian. Pelabuhan Hambantota ini berada di lokasi strategis.

Pemerintahan Sri Lanka melepas saham pelabuhan Hambantota seharga US$ 1,12 miliar kepada perusahaan milik negara China Merchants Port Holdings. Dikatakan Menteri Mahinda Samarasinghe, pelepasan saham pelabuhan tersebut telah mendapat persetujuan dari kabinet Si Lanka untuk menjual 70 persen sahamnya.

Orang-orang China akan mengelola dan mengoprasi pelabuhan Hambantota dan Sri Lanka berkewajiban menjaga keamanan pelabuhan. Samarasinghe mengatakan, Sri Lanka harus mulai meredakan kekhawatiran bahwa pelabuhan tersebut bisa disalahgunakan oleh China.

Penolakan warga di kota pelabuhan Hambantota terhadap investasi China sebetulnya sudah berlangsung sejak lama. Penolakan itu dilakukan warga dengan cara menggelar aksi demonstrasi besar-besaran.

Dikuasainya saham pelabuhan Hambantota ini oleh China merupakan sebuah keberhasilan negara yang dipimpin Xi Jinping itu. Pasalnya, perjuangan mereka untuk mendapatkan hak pengelolaan terhadap Hambantota sudah berlangsung setidaknya sejak delapan tahun silam. Waktu itu, protes besar-besaran berlangsung. Situasi semakin runyam ketika salah seorang demonstran menghubungkan ponselnya ke pengeras suara dan terdengar siaran langsung upacara penandatanganan yang dilakukan oleh Duta Besar Tiongkok untuk Sri Lanka, Yi Xianliang. Pemerintah pun lalu mengerahkan pengamanan ketat untuk menghadapi demonstran.

Baca Juga:  Anton Charliyan dan Ade Herdi Waketum DPD Gerindra Jabar bagikan Al Quran dan Perangkat Sholat Titipan KB Prabowo Subianto ke Pesantren

Baca: Tolak Kapal Selam, Sirisena Kurangi Peran Cina di Sri Lanka

Warga Sri Lanka di sekitar kota pelabuhan Hambantota diketahui merasa cemas soal potensi tergerusnya kedaulatan negara mereka setelah pelabuhan dikelola Tiongkok. Hal inilah yang kemudian diperingatkan Samarasinghe guna mengantisipasi kejadian serupa terulang.

“Keamanan pelabuhan tidak akan diberikan kepada orang lain, melainkan akan ditangani 100 persen orang-orang Sri Lanka,” kata Samarasinghe seperti dikutip Channel News Asia.

Pelabuhan Hambantota mengangkangi jalur pelayaran internasional di sebelah barat dan tersibuk di seluruh Samudera Hindia. Beberapa sebetulnya telah menyatakan kekhawatirannya bahwa pelabuhan ini kelak akan menjadi pusat militer China. Pasalnya, negara komunis itu diketahui memang amat berambisi menguasai Hambantota mengingat jalurnya yang sangat strategis. Apalagi China punya kepentingan besar memuluskan jalur sutra maritim abad 21 yang berkali-kali telah dikumandangkan ke hadapan publik dunia.
Samarasinghe mengatakan kapal angkatan laut asing bisa menghubungi Hambantota seperti yang mereka lakukan di pelabuhan utama di ibukota Kolombo.

Baca Juga:  Tiga Kader PMII Layak Menduduki Posisi Pimpinan DPRD Sumenep

“Kami tidak akan memberikan perlakuan khusus ke negara manapun. Kami ingin menjaga hubungan baik dengan semua orang dan kami tidak ingin memusuhi siapapun,” kata Samarasinghe.

“Tidak pernah terbayang oleh kami untuk memberikan perlakuan khusus ke negara manapun seperti pada rezim sebelumnya,” katanya.

Pelabuhan Hambantota. (Foto: Victor Robert Lee)

Awal tahun ini, Sri Lanka baru saja menolak dua Kapal Selam Cina bersandar di pelabuhan utama setelah tahun 2014 Presiden sebelumnya Mahinda Rajapaksa mempersilahkan. Waktu itu, Kapal Selam China adalah satu-satunya kapal asing yang tercatat pernah berhenti di Sri Lanka. Rajapaksa memang dikenal pro China sebelum akhirnya dikalahkan Maithripala Sirisena pada Pilpres 2015 silam.

Kalahnya Rajapaksa dinilai sebagian kalangan karena isu kedekatannya dengan China tercium publik negara tersebut.

Namun belakangan, pemerintahan baru yang mulai berkuasa pada Januari 2015 silam justru mencoba untuk melakukan negosiasi ulang soal persyaratan pinjaman dalam berbagai investasi yang ditawarkan China.

Hal itu tampak pada pernyataan Samarasinghe yang mengatakan bahwa pelabuhan Hambantota memerlukan suntikan modal baru sebesar US $ 600 juta untuk membuatnya layak, namun Colombo tidak dapat membeli investasi tersebut dan membujuk orang-orang China untuk membalikkan bisnisnya.

Baca Juga:  Harga Beras Meroket, Inilah Yang Harus Dilakukan Jawa Timur

Walhasil, dengan berubahnya pikiran pemerintah Sri Lanka ini berarti China telah sukses menakut-nakuti India. China menggunakan kesepakatan perdagangan dan perjanjian pembangunan infrastruktur untuk membangun pengaruhnya di Sri Lanka.

Selain itu, pembangunan China terhadap Hambantota ini merupakan rencana sedari awal mereka yang hendak membangun pelabuhan laut di ujung selatan Sri Lanka, yang sekaligus merupakan bagian dari rencana string of pearls Beijing untuk serangkaian pelabuhan yang membentang dari perairannya sampai ke Teluk Persia.

Keberhasilan ini tentu tak terlepas dari hasil pertemuan di Forum Belt and Road di Beijing beberapa waktu lalu. Dalam forum ini, Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe turut hadir.

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 2