Puisi Riski Atika Rahmah
PUKUL 7 PETANG
Di bawah nyala lampu jalan
Yang menghentikan sejenak laju kita
Tapi tidak dengan kisah kita
Pukul 7 petang
Di tengah riuh kendaraan
Laju kita tak lagi pelan
Meninggalkan sepotong kisah
Dan menjadi kenang
Purwokerto, 22 Oktober 2018
SETADAH HUJAN
Dipelupuk senja
Hujan membaur gersang dan menenggelamkan keringnya
Air terjatuh
Bersama kau yang menjatuhkan rasa tanpa tau kemana ia akan mendarat
Di genangan – genangan yang kau lewati
Atau dia seseorang yang melewatimu
Setadah hujan kau bawa dikedua telapak tanganmu
Berharap airnya takkan habis
Dan juga rasa yang kau ciptakan secepat datangnya hujan sore itu
Tapi jari – jarimu masih bercelah, Tuan
Kau terlalu gegabah
Airmu takkan dapat bertahan lama
Pun dengan rasa yang tercipta
Cilongok, 24 Oktober 2018
AIR MATA HUJAN
Sepadan langit biru diatas mendung yang membawa hujan lebat sore ini
Dia yang tak pernah luput dari kata ceria harus takluk berselimut sendu dan air mata
Meringkuk di sudut kamar
Isakannya teredam riuh suara hujan
Tangan kecilnya terulur menghapus jejak – jejak air mata kesakitan
Dia kembali bertahan
Memilih terpejam dan melupakan
Seperti hujan yang memilih pergi dan hadirkan langit biru
Tanpa sisakan mendung yang kelabu
Cilongok, 27 Oktober 2018
PECANDU RINDU
Pecandu rindu
Sampaikannya rindu kepada rindunya
Tanpa niat untuk rindu yang baru
Sebab yang baru tak hasilkan rindu
Hanya rindunya yang hasilkan segala yang baru
Cilongok, 28 Oktober 2018
PENSIL – PENSIL
Kadang aku merasa malu
Pada pensil – pensilku
Satu pensilku tumpul
Tapi aku runcingkan satu bagian lainnya
Yang tumpul aku lupakan
Yang runcing aku gunakan
Yang runcing patah
Yang tumpul menggantikan
Tumpul ku biarkan(lagi)
Ku ambil pensil baru
Yang patah tak ku hiraukan
Yang tumpul setia nantikan
Yang baru tak lama bertahan
Yang tumpul kembali kepelukan
Benar aku malu pada pensil – pensilku
Karena yang berkali terbuang dan terlupakan
Justru dialah yang terbaik dan ternyaman
Cilongok, 29 Oktober 2018
PEMBENCI ULUNG
Aku benci pada diriku sendiri
Saat apa apa yang tumpah dari mulut ini
Tak mau kalah dari kilat mata besi besi
Aku benci pada diriku sendiri
Saat candaku menjadi luka
Lukakupun menambah lara
Aku benci pada diriku sendiri
Saat luapan emosi kelabu
Seketika menggantikan selalu menjadi sudahi
Melenyapkan selamanya menjadi sampai saja disini
Aku benci pada diriku sendiri
Saat sadar tak mungkin ada seharusnya dan seandainya
Karena yang ada hanya adanya dan seadanya
Payahnya
Saat benci dengan suka rela menjajakan dirinya
Dan tak berikan pilihan buruk yang lainnya
Aku tak lagi mampu mengenali diriku sebenarnya
Cilongok, 12 November 2018
*Riski Atika Rahmah lahir di Banyumas tanggal 20 Maret 2000. Memulai pendidikannya di SD Negeri Sudimata, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Cilongok, SMA Negeri 1 Ajibarang, dan saat ini menjadi mahasiswi di IAIN Purwokerto Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam. Dia tinggal di rumah orang tuanya di Desa Cilongok Rt. 02/03, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]