NUSANTARANEWS.CO – Seperti yang dikhawatirkan oleh para pejabat di Washington bahwa serangan Taliban belakangan ini tidak menunjukkan tanda-tanda melemah, justru sebaliknya malah semakin meningkat. Menteri Pertahanan Jim Mattis, mengatakan bahwa kehadiran militer AS sangat diperlukan guna mencegah serangan yang kian meningkat dari militan Taliban. Sampai saat ini, pasukan keamanan Afghanistan sendiri telah berjuang selama lebih dari 15 tahun menghadapi gempuran gerilyawan Taliban.
Laporan intelijen AS mengingatkan Washington bahwa bila gerilyawan Taliban dibiarkan memperoleh kemenangan maka akan memungkinkan afiliasi regional al-Qaeda dan ISIS untuk mendirikan basis di Afghanistan. Bila hal itu terjadi, jelas merupakan ancaman baru bagi keamanan regional, termasuk terhadap AS dan Eropa.
Menyikapi perkembangan baru tersebut, Departemen Pertahanan AS telah sepakat untuk membeli setengah lusin pesawat tempur ringan A-29 Super Tucano untuk Afghanistan, dari Embraer Defense & Security, sebuah perusahaan yang berbasis di Brazil, dalam sebuah rilis berita pada 25 Oktober lalu.
Meskipun begitu, produksi enam pesawat baru ini akan dilakukan di Jacksonville, Florida,” kata Embraer. Pihak Embraer mengatakan bahwa pihaknya akan bermitra dengan Sierra Nevada Corporation yang berbasis di AS untuk membangun jet tersebut.
Taco Gilbert, wakil presiden senior di Sierra Nevada Corporation, merasa sangat senang dapat membantu program A-29 Super Tucano untuk Afghanistan yang sebelumnya sudah memiliki 20 pesawat sejenis. Pesawat berbasis mesin turboprop ini dapat dipersenjatai dengan rudal udara-ke-udara jarak dekat dan senapan mesin.
Pada bulan Agustus lalu, Angkatan Udara AS mengumumkan mengenai program pelatihan untuk pilot Afghanistan di Moody Air Force Base, Georgia, telah diperpanjang sampai 31 Desember 2020.
Perpanjangan ini dilakukan, karena Angkatan Udara Afghanistan akan menerima tambahan enam pesawat tempur A-29 Super Tucano, serta pelatihan untuk sembilan pilot dan 20 pengelola lainnya, kata kantor Urusan Wing Wing ke-23. Sejauh ini, 17 pilot dan 48 pengelola telah menyelesaikan pelatihan di Moody AFB dan melakukan perjalanan kembali ke Afghanistan. (Banyu)
