
NUSANTARANEWS.CO, Aceh – Adak Sangkira Wali Nanggroe Tgk. Hasan Di Tiro masih hidup. Murthalamuddin mencoba mengingatkan kembali hakikat memperingati 15 tahun Damai Aceh. Hanya ada sedikit seremoni dan sedikit kericuhan terkait aksi bendera bulan bintang, Minggu (16/08).
“Saya malah berpikir. Andaikan peringatan itu menjadi ajang evaluasi. Apa saja yang belum terealisasi. Apa yang sudah tercapai dan apa yang belum sempurna ?” kata Murthalamuddin.
Jika itu urusannya reintegrasi, menurut Murthala yang juga tokoh muda Aceh ini, Acuan baku reintegrasi itu jelas ditujukan ke mantan kombatan untuk kembali ke masyarakat. “Terus apakah realisasi ada yang tersendat? Jika ada masalahnya apa?” tanya Murthala.
Yang pasti, masalah paling urgen saat ini adalah ekonomi. Sekarang ini banyak mantan kombatan yang miskin papa. Di awal damai mungkin mereka telah banyak dapat bantuan. Tapi gagal terberdayakan. Kemudian jatuh miskin lagi, terangnya.
“Bagi Saya, Kelompok ini sangat rentan. Apalagi yang berusia di bawah 50 tahun. Ditambah lagi nasib para anak anak korban konflik. Demikian juga kelompok-kelompok yang terlanjur kecewa. Ini semua kalau tidak dikelola dan ditangani dengan baik, bisa menimbulkan masalah baru,” ujarnya mengingatkan.
“Saudara- saudara kita ini, mereka rata-rata tak mempunyai skill. Jika langsung diberikan bantuan berupa modal usaha. Kebanyakan gagal. Sementara lapangan-lapangan kerja semakin sulit, apalagi dengan lemahnya SDM mereka ditambah lagi dampak ekonomi akibat musibah Corona.”
Lebih jauh dikatakan Murthala bahwa, pada saat ajang peringatan damai ini, kita perlu mendengar mereka. “Mengapa mereka gagal terberdayakan. Walaupun sejak damai Aceh bantuan sudah banyak disalurkan, tetapi kenapa banyak yang tidak berhasil, di mana kendalanya?”
Mari kita ajak para ahli dan akademisi menemukan masalahnya dan menawarkan opsi opsi penyelesaian. “Kenapa sih hal ini sulit sekali dilaksanakan. Apakah para elit GAM merasa paling pandai?” kata Murthala, “Kemudian buat hasil evaluasi damai. Lalu dibawa ke pemerintah dan di dorong melalui legislatif. Daripada selama ini anggaran ‘lage ta plè sira u laot’.”
Muthala juga menegaskan bahwa masa otsus sudah mau habis. Kemiskinan masih tinggi. “Masa sih jika anda sakit kepala minum bodrex terus. Padahal tak sembuh-sembuh juga.”
Menurut Murthala, jika saya di posisi elit alias petinggi. Maka tawaran saya, solusinya adalah HGU yang nganggur, dibuat menjadi kebun plasma. Maknanya pemilik lahan jika bekerja digaji. Kalaupun tidak bekerja mereka tetap dapat bagi hasil setelah masa panen.
Sedangkan kebun-kebun diusahakan BUMN, BUMD atau swasta murni. Kayak PIR (Perkebunan Inti Rakyat) jaman Orde Baru/Soeharto.
Calon Kandidat Bupati Aceh Utara ini menyebutkan, keledai tidak akan jatuh di lubang yang sama. Kenapa ya elit kita “peulop blok droe sabe”, katanya.
“Dulu katanya Aceh seperti itu, karena diatur orang lain. Tapi sekarang ketika ditangan kita sendiri. Pemimpin hasil pilihan rakyat sendiri. Kenapa Begini?!” (M2).