Budaya / SeniKhazanah

Aceh Harus Banyak Belajar dari Hilangnya Negeri Arakan Rohingya

Aceh Harus Banyak Belajar dari Hilangnya Negeri Arakan Rohingya
Aceh Harus Banyak Belajar dari Hilangnya Negeri Arakan Rohingya. Bangunan Mesjid di Arakan kuno/Foto: nrna-press.com

Aceh Harus Banyak Belajar dari Hilangnya Negeri Arakan Rohingya

Di Cok mandum ureung ramee di peuek jalo di tik lam laot raya Hana Nanggroe (di ambil semua rakyat dibuang ke laut raya tanpa negeri dan bangsa).
Oleh: Mawardi Usman

Rakyat Aceh harus menjadikan peristiwa yang menimpa kaum Rohingya yang tidak diakui sebagai warganegara manapun di dunia – sebagai pelajaran berharga. Kaum Rohingya kini terkatung-katung hidupnya dan menyebar menjadi pengungsi di negeri asing.

Ini semua terjadi sejak kerajaan Islam Arakan dikalahkan kerajaan Burma yang kemudian menghancurkan segala peninggalan era Kesultanan Islam Arakan. Baik itu mesjid, makam, bangunan bersejarah, dan situs bersejarah lainnya.

Akibatnya bangsa Arakan kehilangan sejarah dari generasi ke generasi, dan kemudian menjadi orang asing di tanahnya sendiri.

Kalau kita jeli kita juga dapat melihat Singapura dalam sejarah Melayu. Singapura didirikan oleh Raja dari Dinasti Raja Melayu yang akibat serangan dari luar maka dinasti Melayu berpindah ke Malaka. Sekarang Melayu adalah minoritas, di Singapura peninggalan era Melayu sudah lama hilang.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Tulisan terkenal Abdullah bin Abdulkadir Al Munsyi menceritakan bahwa pada saat ditemukan prasasti kuno di Singapura – prasasti kuno tersebut kemudian dimusnahkan oleh pihak Inggris, demikian pula pemusnahan makam raja-raja di Malaka.

Oleh karena itu, Peusaba tak bosan-bosan meminta kepada rakyat Aceh untuk banyak belajar dengan baik mengenai masa lalu hingga masa kini di mana orang tua di Aceh mewariskan pada anak-anaknya tentang sejarah Aceh. Karena dengan sejarah itulah maka kita bisa melindungi Aceh dari bahaya manapun yang mengancam Aceh Darussalam.

Hari ini situs sejarah era Kesultanan Aceh Darussalam – seperti halnya di Singapura –terus digerus untuk dilenyapkan dalam pembuatan proyek IPAL di Kawasan Makam Raja Aceh dan Ulama di Gampong Pande. Demikian pula penghancuran situs Sultan Habib Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail terus berlanjut tanpa ada upaya penghentian. Sudah banyak situs bersejarah Kesultanan Aceh yang musnahkan dan masih banyak lagi yang akan musnah di seluruh Aceh bila dibiarkan.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Jika mereka melenyapkan situs demi situs dan memusnahkan sejarah Aceh maka tak lama lagi orang Aceh akan menjadi seperti Rohingya. (ed. Banyu)

Penulis: Ketua Peusaba Aceh Mawardi Usman.

Related Posts

1 of 3,049