NUSANTARANEWS.CO – Untuk mengamati perbatasan, TNI Angkatan Udara yang berbasis di Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat memiliki Skadron Udara 51 di bawah kendali Wing Udara 7. Komandan Skadron Udara 51 Lanud Supadio, Letkol Pnb Arie Sulanjana mengungkapkan, PTTA tersebut dirancang untuk berbagai ragam misi Intelligence, Surveillance, Reconnaissance (ISR) dan mendukung misi medan perang di level taktis dan strategis.
Seperti diketahui, pangkalan TNI AU Supadio merupakan salah satu pelaksana di jajaran komando operasi TNI AU I memiliki kedudukan yang sangat strategis karena berada di wilayah perbatasan. Seperti kita ketahui bersama, penambahan satuan di lingkungan TNI AU adalah merupakan suatu kebutuhan guna menyesuaikan perkembangan dan dinamika serta tuntutan kebutuhan organisasi dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan tugas pokok TNI Angkatan Udara. Hal ini tentunya memerlukan suatu kesiapsiagaan yang bersifat terus-menerus dan berkesinambungan. Terlebih lagi kawasan udara di atas daerah ALKI juga sangat rawan dan tidak menutup kemungkinan adanya pihak asing yang akan memanfaatkan kawasan lintas tersebut untuk melakukan berbagai tindakan pelanggaran termasuk pelanggaran kedaulatan negara di udara,” kata Komandan Lanud Supadio Marsekal Pertama TNI Tatang Harlyansah beberapa waktu lalu.
Baca: Pesawat Terbang Tanpa Awak Kantongi IMAA
Lebih lanjut, Letkol Pnb Arie Sulanjana menjelaskan bahwa sistem PTTA terdiri dari tiga komponen utama yakni Unmanned Air Vehicle (AUV), Ground Control Station (BCS), Ground Data Terminal (GDT). Sedangkan crew yang mengawaki UAV Skadron Udara 51, Mission Comander, Internal pilot, External pilot, Chief Technician, Technician dan Payload Operator. Untuk pengoperasian bisa dilaksanakan secara mobile sesuai dengan area misi pengintaian yang dilaksanakan.
PTTA tersebut, kata Pnb Arie, memiliki spesifikasi rentang sayap 8.3 m, panjang 4.5 m, tinggi 1.3.m, bobot max 230 kg, beban max 50 kg, daya jangkau 200 km, dengan daya tahan 12 jam. “Sesuai dengan fungsinya PTTA Skadron Udara 51, Lanud Supadio. Pada Desember tahun lalu, sudah beroperasi melakukan pengintaian perbatasan di Natuna terhadap pelanggaran perbatasan di Wilayah NKRI, menghalau illegal fishing, bahkan mendukung operasi penumpasan teroris kelompok Santoso di Tinombala, Poso. (eriec dieda/red)