Budaya / SeniKhazanahRubrika

8 Peristiwa Paling Bersajarah Hari Ini di Masa Lalu

Perang Solferino Meletus (Ilustrasi: wikimedia.org)
Perang Solferino Meletus (Ilustrasi: wikimedia.org)

NUSANTARANEWS.CO – Tahukah Anda bahwa banyak peristiwa bersajah di dunia dari masa ke masa terjadi pada tanggal 24 Juni? Bagi yang suka sejarah, mungkin sudah pada tahu, peristiwa apa saja yang terjadi pada 24 Juni yang tahun ini, jatuh pada hari Minggu.

Sebelumnya, bagi yang sedang menjalankan masa libur lebaran, selamat berlibur. Bagi yang sedang di perjalanan menuju tanah rantau, semoga selamat sampai tujuan. Amin.

Selanjutnya, mari kita simak, sejumlah peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 24 yang cukup penting untuk untuk menambah pengetahuan sejarah dunia. Berikut ini daftar dan sedikit ulasan peristiwanya:

Pertama, Robert the Bruce Jadi Raja Skotlandia I

 704 yang lalu ada peristiwa bersejarah di dunia, peristiwa ini penting bagi masyarakat Skotlandia. Pasalnya pada tanggal 24 Juni 1314 terjadi pertempuran antara Robert the Bruce dengan pasukan Edward II dari Inggris. Walaupun pasukan Robert jauh lebih kecil dari pasukan Edward II, Robert memenangi pertempuran. Kemenangan ini membawa kemerdekaan bagi Skotlandia dan Robert the Bruce pun naik tahta sebagai raja Skotlandia dengan gelar Rober I.

Kedua, Utusan Raja Henry VII Mendara di Amerika Utara

Pada tanggal 24 Juni 1497 Navigator bernama John Cabot mendarat untuk pertama kalinya di Amrika Utara. Wilayah ini ada yang menyebut di kawasan Newfoundland. Menurut beberapa sumber, John Cabot berlayar untuk raja Henry VII dari Inggris. Penemuan John Cabot ini kelak memungkinkan Inggris mengklaim wilayah Amerika Utara.

 Ketiga, Napoleon Serang Rusia

208 tahun lalu, tepatnya tanggal 24 Juni 1812, Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte menyerang wilayah Tzar Rusia. Padahal, lima tahun sebelumnya kedua imperium ini menandatangani perjanjian  non-agresi. Faktanya, secara bertahap, hubungan kedua negara menjadi memburuk.

Baca Juga:  Seorang Difable Tunarungu Ikuti Diklat Jurnalistik Warga PPWI

Serangan pasukan Napoleon berhadapan dengan cuaca yang sangat dingin waktu itu, sehingga akhirnya mengalami kekalahan dari tentara Rusia. Dari 350 ribu tentara Perancis yang dikerahkan Napoleon untuk menyerang Rusia, hanya 30 ribu tentara Perancis yang berhasil kembali dengan selamat ke negara mereka.

Keempat, Perang Solferino Meletus

47 tahun kemudian, di belahan negara lain di dataran Eropa dan ada keterlibatan Perancis, perang kembali terjadi. Dimana pada tanggal 24 Juni tahun 1859, di masa perjuangan bangsa Italia untuk mempersatukan wilayahnya, perang antara pasukan Raja Sardinia, Victor Emmanuel III yang kelak menjadi raja Italia, dengan dukungan Perancis, berperang melawan Austria.

Menurut data sejarah, perang ini terjadi di daerah Solferino, Italia, sehingga dinamakan Perang Solferino. Selama lebih dari lima generasi, Austria telah menduduki wilyah Italia, Lombardy dan Venesia, serta bertindak brutal terhadap rakyat Italia di sana. Puncak dari perang Solfeno ini Italia kembali berhasil mengambil Venesia karena Austria berhasil dikalahkan.

Kelima, Pembuktian Teori Nansen tentang Aliran Arus Laut

Tanggal 24 Juni 1893 seorang ilmuan berkebangsaan Norwegia, Fridtjof Nansen membuktikan satu teori, yakni teori Nansen. Teori ini menyebut arus laut mengalir melintasi Samudera Arktik dari Siberia. Hal itu dapat dibuktikan oleh Fridtjof Nansen.

Mulanya, Fridtjof Nansen berlayar dari Norwegia dengan perahu khusus tahan es, Fram. Dalam pelayarannya ini dia berharap dapat mencapai Kutub Utara namun ia gagal. Kendati ia tidak berhasil mencapai tujuannya, ekspedisi ini membuktikan teori Nansen tersebut.

Keenam, Awal Pertempuran Paling Berdarah Perang Dunia I

102 tahun yang lalu, pemicu salah satu perang paling berdarah dalam Perang Dunia I terjadi. Mulanya, pada tanggal 24 Juni 1916 terjadi sebuah pemboman artileri yang memicu dimulainya Pertempuran Somme Pertama, yakni pertempuran terbesar antara Anglo-Prancis dan Jerman selama Perang Dunia I. Perang ini juga disebut sebagai sebagai operasi militer paling berdarah yang menelan korban jiwa 1,5 juta orang.

Baca Juga:  BNPT, KPTIK, dan FORMAS Sukses Gelar JKM di Universitas Warmadewa

Pertempuran ini baru benar-benar terjadi beberapa hari setelah pemboman artileri, yakni pada 1 Juli 1916 dan berakhir 140 hari kemudian, 18 November 1916. Orang-orang Prancis menyebut pertempuran ini dengan Verdun, sementara bagi orang Australia dan Kiwi perang ini disebut Gallipoli. Bagi bangsa Inggris, ini adalah perang paling berdarah selama Perang Dunia I.

Ketujuh, Siam Berubah Menjadi Monarkhi Konstitusional

Tangal 24 Juni tahun 1932, sekelompok mahasiswa Siam yang menuntut ilmu di Paris, melangsungkan kudeta damai untuk menerapkan demokrasi di negara mereka. Hasil dari kudeta damai ini adalah diubahnya sistem kerajaan Siam yang semula berupa monarkhi absolut menjadi monarkhi konstitusional. Raja tetap menjadi kepala negara namun pemerintahan dijalankan oleh campuran antara kekuatan sipil dan militer.

Raja Siam saat itu, Rama ke-7, pada tahun 1935 turun tahta dan pemerintah menunjuk keponakannya yang berusia 10 tahun, Ananda Mahidol sebagai pengganti. Namun, karena raja muda itu sedang menunut ilmu di Swiss, kepala pemerintahan dipegang seorang militer bernama Phibul Songkhram. Pemerintahan Phibul pada tahun 1939 menukar nama Siam menjadi Thailand. “Thai” berarti “bebas” dan juga merupakan nama etnik mayoritas di Siam.

Kedelapan, Uni Soviet Blokade Berlin

 24 Juni 1948, Uni Soviet berlakukan larangan keluar-masuk ibukota Jerman, Berlin, melalui jalur darat. Manuver Soviet itu menjadi tahap awal dimulainya Perang Dingin dengan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa Barat, yang juga menduduki Jerman usai Perang Dunia Kedua.

Baca Juga:  Hari Kesehatan Mental Sedunia, Khofifah Ajak Masyarakat Peduli Terhadap Sesama

Tentara Soviet pertama kali masuk ke Berlin dan berhasil menghancurkan pusat pemerintahan Nazi Jerman di akhir Perang Dunia Kedua 1945. Namun usai perang, pengelolaan kota itu terbagi dalam empat zona. Soviet (kini Rusia) menguasai hampir sebagian besar wilayah Berlin di bagian tengah dan timur. Sedangkan kendali atas bagian barat Berlin dibagi rata oleh tiga kekuatan pasukan Sekutu, yaitu AS, Perancis, dan Inggris.

Namun, seiring dengan meruncingnya perbedaan ideologi politiknya dengan AS dan negara-negara Eropa Barat, Soviet berinisiatif memblokade Ber 4000 lin. Blokade itu bertujuan agar kawasan tengah dan timur tidak sampai dicaplok oleh Barat.  Blokade darat diberlakukan Soviet antara Juni 1948 hingga Mei 1949. Namun, sejak saat itu AS dan sekutu-sekutunya mengirim pasokan logistik ke Berlin melalui pesawat udara.

Dua tahun setelah blokade dicabut, Soviet akhirnya membangun rangkaian tembok pembatas di Berlin sehingga Jerman terpecah menjadi dua, yaitu Jerman Barat dan Jerode.

Selain peristiwa di atas, masih banyak lagi peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 24 Juni, termasuk yang terjadi di Indonesia. Diantara peristiwa penting yang tercatat dalam sejarah antaralain (tidak semua disebutkan) 24 Juni 1945 tentara Sekutu mendarat di Halmahera, 24 Juni 1949; Pasukan Belanda mulai mengevakuasi Yogyakarta, 24 Juni 1956 Kolonel Gamal Abdel Nasser terpilih sebagai presiden Mesir, 24 Juni  1973  Leonid Brezhnev, dalam kunjungan ke AS, mendeklarasikan bahwa Perang Dingin sudah berakhir.

Penulis: Roby Nirarta

Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,140