NUSANTARANEWS.CO – Pada 12 Juni 1991, Boris Nikolayevich Yeltsin terpilih sebagai presiden Republik Sosialis Soviet, Rusia dan tercatat sebagai presiden pertama yang terpilih dalam sejarah Rusia. Tak hanya itu, Yeltsin juga tercatat sebagai presiden Republik Rusia yang terpilih secara langsung pada Juli 1990 dengan meraih suara 59 persen. Ia sukses mengalahkan rivalnya yang didukung Gorbachev yakni Nikolai Ryzhkov.
Di usia 30 tahun, Yeltsin memulai karir politiknya dengan menjadi anggota Partai Komunis. Ia diketahui lahir pada 1 Februari 1931.
Karir politik Yeltsin menanjak. Hal itu dibuktikan ketika dirinya ditunjuk menjadi sekretaris utama di kota Sverdlovks pada tahun 1976. Di negara komunis, jabatan sekretaris utama setara dengan gubernur).
Yeltsin tercatat sebagai sosok politisi yang dipercaya pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev. Hal ini dibuktikan dengan diangkatnya Yeltsin oleh Gorbachev menjadi ketua partai dilanjutkan menjadi anggota Politbiro, komite pembuat kebijakan utama Partai Komunis di tahun 1985-1986.
Kartir politiknya semakin menanjak di tahun-tahun berikutnya. Dan sejak menjadi sekretaris utama Partai Komunis Yeltsin mulai menunjukkan kapasitasnya sevafai seorang reformis yang handal dan cakap. Hal itu pula yang membawanya berseberangan dengan Gorbachev dan menuding pemimpin Soviet ini lamban menerapkan reformasi.
Kritikan-kritikan keras Yeltsin terhadap Gorbachev membuat dirinya mundur dari jabatannya sebagai ketua partai Moskwa dan Politbiro pada 1887-1988.
Kendati mundur dari Partai Komunis, Yeltsin tetap melanjutkan karir politiknya. Dan pada Juni 1991 ia naik tahta bersamaan dengan gelombang gerakan reformasi politik dan kekecewaan terhadap kekuasaan komunis.
Keterpilihan Yeltsin bertentangan dengan kehendak Gorbachev. Dan saat itu Rusia masih merupakan bagian dari Uni Soviet.
Presiden Soviet Gorbachev masih terus menggoyang kepemimpinan Yeltsin. Namun, usaha itu selalu gagal sampai akhirnya Uni Soviet runtuh setelah mundurnya Gorbachev. Keruntuhan Uni Soviet ini membuat Rusia menjadi negara merdeka. Sejak saat itu, Yeltsin harus bekerja keras membangun perekonomian Rusia yang terguncang akibat runtuhnya Uni Soviet.
Perjuangan Yeltsin memimpin Rusia pada medio 90-an cukup berat. Pada 1993 tercatat sempat terjadinya gerakan kudeta namun berhasil digagalkan militer yang setia pada pemerintah dan kepemimpinan Yeltsin.
Setahun kemudian, muncul pemberontakan dari Republik Chechnya yang ingin memisahkan diri. Pemberontakan ini diredam Yeltsin dengan kekuatan militer.
Yeltsin tercatat sebagai pemimpin yang sangat kuat. Pada pemilihan presiden 1996, ia bahkan kembali menang.
Namun, di usianya yang sudah tak muda lagi (65 tahun), kesehatan Yeltsin terus menurun. Sebelum mengakhiri kepemimpinannya, Yeltsin sempat menandatangani kesepakatan damai dengan Chechnya ada 1997. Konstelasi politik di parlemen Rusia juga semakin memanas, terutama isu yang menyebut Yeltsin sebagai salah satu orang yang ikut mendorong pecahnya Uni Soviet.
Di tengah situasi politik yang masih terus memanas, pada 1999 Yeltsin mengundurkan diri dan menyerahkan jabatannya kepada Perdana Menteri Rusia yang tak lain ialah presiden Rusia saat ini yakni Vladimir Putin. (red/ed/nn)
Editor: Banyu Asqalani