Mancanegara

Tantangan Berat Pasukan AS Melatih Militer Nigeria di Jaji

Tentara AS (kiri) melatih tentara Nigeria selama latihan di kompleks militer terpencil yang terletak sekitar 145 mil utara Abuja, Nigeria, 14 Februari 2018. (Foto: Kapten James Sheehan)
Tentara AS (kiri) melatih tentara Nigeria selama latihan di kompleks militer terpencil yang terletak sekitar 145 mil utara Abuja, Nigeria, 14 Februari 2018. (Foto: Kapten James Sheehan)

NUSANTARANEWS.CO, Jaji – Kepala Staf Angkatan Darat AS Jenderal Mark A Milley memprediksi operasi tempur masa depan dalam kondisi yang sulit menjadi kenyataan. Menurutnya, Jaji bukanlah tempat yang nyaman untuk ditempati seperti halnya dapat ditemui di pangkalan operasi di kawasan Timur Tengah. Jaji tak ada Burger King, tak ada Pizza Hut, tak AC atau internet, juga tak ada air mengalir.

“Kami harus berjalan ke sebuah pompa besar sekadar mendapatkan air untuk keperluan menyiram toilet karena air datang hanya sewaktu-waktu saja,” kisah Kapten Angkatan Darat Aaron Harris.

Dulunya, Kapten Harris merupakan komandan unit dukungan untuk Divisi Mountain ke-10 di Fort Drum, New York. Namun, perintah penugasan berhekendak lain. Harris mengandalkan logistik yang berkecukupan untuk mendukung tim dari 12 tentara AS yang menjalankan misi saran dan bantuan (advise and assist mission) selama enam hari di sebuah kompleks militer terpencil yang terletak sekitar 145 mil di utara Abuja, ibukota Nigeria.

“Kami punya tempat tidur, bahkan banyak tempat untuk sekadar dijadikan tempat tidur. Makanannya luar biasa sekali, kami menyewa warga lokal, pasangan dari salah satu tentara Nigeria. Mereka memasak untuk kami dan memberi kami air. Kami punya air, makanan hangat, tempat tidur dan kelambu. Apa saja yang bisa kamu minta,” katanya.

Baca Juga:  Burundi Reiterates Support for Morocco's Territorial Integrity, Sovereignty over Sahara

Namun ketika kondisi sulit tiba, mandi pun sangat susah. “Saat hendak mandi, kami membawa dua ember air dingin ke sebuah kios sempit yang hanya ditutupi vinil tipis. Kamudian anda menuangkan satu ember air untuk membasahi badan, kemudian bersabun, dan menggunakan ember kedua untuk berkumur-kumur,” kisahnya.

Sementara itu, kata dia, tempat tinggal yang mereka tempati mengingatkan memori mereka pada film perang Hollywood. Tempat tidur bersusun, jendela tarik, kursi kemah PVC (PVC-pipe camping chairs) dan kaus kaki hijau yang warnanya memudar tergantung di jemuran menghiasai teras depan. Di bagian dalam, dinding dipenuhi dengan perintah-perintah operasi yang disekat pita hijau jarak dua inci. Wadah penyimpanan plastik berfungsi sebagai furnitur. Sudut yang paling sering dikunjungi termasuk meja kartu plastik. Tempat itu dipenuhi suara tentara yang berbicara dan berdebat tentang permainan kartu.

Kemudian, kohesi yang dibawa oleh lingkungan hidup yang keras kadang terbawa ke dalam pekerjaan. Tim kadang mengatakan saat paling bahagian ialah saat mereka melatih tentara Nigeria, meski membutuhkan pelindung dari cuaca panas.

Baca Juga:  Raja Maroko King Mohammed VI Sambut Kunjungan Kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Dar al-Makhzen

“Panasnya sangat kering. Itu bisa menjadi lebih buruk. Hal terakhir yang kami inginkan adalah lebih banyak keringat,” kata seorang perwira.

Sersan 1st Class Saul Rodriguez adalah yang paling berpengalaman dari 12 tentara AS di kompleks militer terpencil itu.

Batalyon Infanteri 26 tentara Nigeria akan ditugaskan di sebelah timur laut untuk menghadapi organisasi ekstremis yang keras dan kejam, Boko Haram.

“Pekerjaan saya adalah melatih anda sebanyak yang saya bisa. Tugas anda adalah memerangi orang jahat dari negara anda ini,” ujar Rodriguez saat melatih tentara Nigeria bagaimana caranya bersembunyi di balik semak-semak dan pohon agar tak terdeteksi musuh.

Staf Angkatan Darat Sersan Kevin Martin dari Divisi Mountain ke-10 mengatakan kepada pasukannya arti penting menjaga kedisiplinan. Dia mengingatkan, tentara Nigeria memang harus dilatih keras karena hidup mereka tergantung mereka sendiri nantinya.

“Mereka mungkin membutuhkan keterampilan ini suatu hari nanti. Mereka menghadapi ancaman yang sangat nyata dan mematikan. Kita tidak akan berleha-leha, kita akan membuat pelatihan sebanyak mungkin,” katanya.

Baca Juga:  Kekuatan dan Potensi BRICS dalam Peta Politik Global Mutakhir

Sementara itu Kapten Angkatan Darat Stephen Gouthro menegaskan bahwa tanggung jawab yang mengubah hidup ialah mempersiapkan tentara Nigeria supaya mereka tidak kehilangan misi utamanya. “Misi ini bukan hanya tentang taktik. Semua yang dilakukan tim bisa memiliki efek diplomatik. Di sini, tim harus profesional, matang dan disiplin. Itulah kita,” tegasnya.

Secara keseluruhan, kesiapan untuk menjalankan misi ini merupakan prioritas utama Angkatan Darat AS. Misi ini sekaligus menantang pada perwira junior dan bintara (NCO) untuk bekerja tanpa dukungan besar. Kondisi yang sulit, negosiasi lokal, makanan dari ekonomi, jauh dari markas utama, kemampuan digital yang terbatas, implikasi diplomatik, dan keterlibatan militer asing hanyalah beberapa contoh bagaimana misi ini telah membuat para tentara lebih siap. (red)

Editor: Alya Karen

Related Posts

1 of 4