Peristiwa

Proyek Konstruksi di Tanah Air Mengancam Keselamatan Kerja

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Perusahaan-perusahaan pelaksana infrastruktur diingatkan agar memperketat manajemen keselamatan kerja. Peringatan ini terkait dengan beberapa kejadian kecelakaan kerja di sejumlah proyek infrastruktur baik di Jakarta mapu di daerah lain.

“Perusahaan-perusahaan pelaksana infrastruktur mesti disiplin. Perketat manajemen keselamatan kerja,” ujar Gapensi, Andi Rukman Karumpa, Jakarta, Rabu (14/2/2018).

Dalam rentang waktu enam bulan terakhir, banyak kasus kecelakaan kerja yang telah terjadi. Salah satunya adalah insiden robohnya dinding terowongan di kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Peristiwa ini menambah catatan buruk PT Waskita Jaya (Persero). Menurut data Kompas, lima dari 12 kasus kecelakaan konstruksi yang terjadi dalam enam bulan terakhir diketahui merupakan garapan Waskita Karya. Termasuk insiden robohnya konstruksi jembatan untuk Proyek Strategis Nasional (PSN) pada pembangunan Tol Pasuruan–Probolinggo (Paspro) di Desa Cukurgondang, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan pada Oktober 2017 lalu.

Baca juga:
Penjelasan Waskita Soal Ambruknya Konstruksi Tol di Pasuruan-Probolinggo
Waskita Karya 2 Kali Teledor, Pemasangan 4 Girder di Tol Pasuruan-Probolinggo Tak Sesuai SOP
4 Girder Runtuh di Pasuruan, DPRD Jatim Tuntut PT Waskita Karya Tanggungjawab

Baca Juga:  Kekeringan Panjang, Naufal Alghifary Beber Banyak Desa di Pasuruan Butuh Air Bersih

Andi mengatakan, meski pengerjaan konstruksi saat ini telah banyak mengandalkan teknologi tinggi, namun pelaksana proyek jangan terlena dengan kehebatan teknologi tersebut.

“Sebab ujung-ujungnya manusia juga yang mesti memeriksa, mengecek, dan memutuskan sesuatu. Sebab itu pimpinan proyek dan kepala satuan di lapangan mesti disiplin dan rajin mengecek ke lokasi saat ada keputusan penting,” ucap dia.

Karenanya, kata dia, semua pelaksana proyek konstruksi harus memperhatikan pentingnya ketaatan dan disiplin kepada prosedur keselamatan di titik-titik kritis pengerjaan. “Titik-titik kritisnya kan sudah ada. Semakin tinggi kekritisannya semakin ketat penerapan prosedur. Dan jangan dianggap enteng. Rajin-rajin cek langsung, baru memutus sesuatu,” ujar dia.

“Jangan main-main, ini soal nyawa manusia. Biarpun teknologi sudah maju, jangan teledor. Teknologi pasti ada titik lemahnya yang mesti diisi oleh kerja disiplin manusia,” tambahnya.

Sebab itu, dia meminta agar perusahaan konstruksi benar-benar memenuhi persyaratan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).”Sama seperti dunia penerbangan. Teknologi penerbangan sudah maju sekali tapi tidak boleh ada human error. Makanya high regulated itu selalu relevan walaupun ada kemajuan teknologi konstruksi,” papar dia.

Baca Juga:  Pertama di Indonesia, Pekerja Migran Diberangkatkan dari Pendopo Kabupaten

Selain di insiden di kawasan bandara Soetta dan Probolinggo, kasus lainnya juga terjadi di Jatinegara di mana Crane proyek double-double track kereta api di Jatinegara ambruk saat petugas tengah menaikkan bantalan rel.

Pada 17 Oktober 2017 lalu, insiden serupa juga terjadi di mana ada tiang bagian dari proyek konstruksi menimpa rumah warga di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Bagian konstruksi berwarna biru itu roboh dan menimpa rumah 2 lantai tersebut.

Kemudian pada 3 November 2017 lalu, sebuah beton pagar proyek MRT di Jalan Wijaya, Jakarta Selatan (Jaksel) terjatuh saat proses pengangkatan. Pada Desember 2017 lalu juga sempat terjadi kecelakaan konstruksi di proyek Tol Pemalang-Batang. Dalam sebuah video yang viral di media sosial perpesanan, tampak sebuah girder ambruk ketika hendak dipasangkan.

Kemudian, deretan girder atau balok beton di Proyek Jalan di Antasari, Jakarta Selatan, ambruk. Proyek ini merupakan bagian dari proyek jalan tol Depok-Antasari. Kejadian tercatat sekitar tanggal 2 Januari 2018. (red)

Baca Juga:  DPRD Nunukan Gelar RDP Terkait PHK Karyawan PT. BHP

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 2