Budaya / SeniPuisi

Bi “Fa” Wa “Nun”

Puisi Abdul Rokhim

Bi “Fa” Wa “Nun”

Jika tubuh dan pikiran hanya bagian dari diri kita
Lantas bagaiamana dengan sisanya?
Apa yang bisa?
Dan bagaiamana dengan waktu yang tersusun didepan kita
Waktu yang riang dan bebas
Tapi terasa berat karena ketidakpastiannya
Lelaku yang kita susun apakah sebuah permohonan
Ia terasa mimpi dan nostalgia

Aku membaca tentang kejatuhan dan anak ratapan
Kubolak-balik logika, teori dari buku-buku
Lalu datang pesan dari seseorang
Ia katakan bahwa hanya kau yang bisa menolong dirimu sendiri
Bahwa dirimulah yang mampu merubah menjadi senyuman
Kubaca berulang kalimat itu
Tak kumengerti, dari mana dasarnya pemikiran ini
Bagaimana mungkin seorang hamba bisa
Ini bukan nasehat
Penghinaan
Suu…

Kususuri jalan pulang dan menemui seorang papa
Duduk di tepian ladang
Kutanyakan tentang detak jam beserta gemanya
yang sering mengganggu kita saat hendak tidur
Kutanyakan tentang jagad wetan dan jagad kulon
Tentang pelangi di balik bukit semeru
Tentang malam yang dingin, menggigil dan ngilu
saat sendirian
Ia jawab “tidak ada nak”

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

Aku lanjutkan perjalanan
Berbekal bodoh dan dungu
yang tak habis-habisnya
Namun ada rasa lega
Karena di saku bajuku penuh dengan warisan
Tertulis bi “Fa” wa “Nun”

Baca Juga:

Simak di sini: Puisi Indonesia

*Abdul Rokhim, penikmat puisi kini aktif menjadi admin di media online sastra di Jakarta.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Related Posts

1 of 120