NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Insiden celaka menimpa Kader Partai Gerindra Fernando Wowor di Sukasari, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor pada 20 Januari 2018 lalu. Anggota Brimob yang sedang tidak bertugas dengan semena-mena menggunakan senjata apinya untuk melakukan tindakan pembunuhan terhadap warga.
Setidaknya, ini menjadi insiden kedua oknum polisi menembak warga di awal tahun 2018 yang bahkan belum genap satu bulan.
Sebelumnya, pada 16 Januari 2018, oknum polisi juga kedapatan menembak mati seorang warga di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Kedua kasus penembakan tersebut bisa dibilang hanya dilatarbelakangi motif sepele. Tapi, oknum polisi justru berlagak bak koboi menggunakan senjata api yang dipegangnya.
“Menjadi polisi butuh seleksi. Polisi yang menjadi Brimob butuh seleksi. Brimob yang dipersenjatai juga butuh seleksi. Jadi kalau ada oknum anggota Brimob yang menembak orang sampai meninggal dunia hanya karena cekcok soal parkir, dan belakangan diketahui sering pamer senjata api di sosial media, berarti ada yang salah dengan psikologinya. Polri harus berani melakukan evaluasi terkait hal ini,” kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Edhy Prabowo mengetahui kadernya merenggang nyawa di Bogor akibat tertembus timah panas seorang anggota Brimob.
Insiden kelalaian oknum polisi menggunakan senjata api ini terus terjadi setiap tahun. Sebagian besar warga yang menjadi korban meskipun tidak salah. “Tindakan menghilangkan nyawa orang adalah pelanggaran hukum berat yang tidak bisa dibenarkan. Terlebih, pelaku menggunakan perlengkapan alat dinas saat di luar jam tugas,” kata Edhy.
Kasus di Bogor ini hampir mirip dengan insiden penembakan mahasiswa di Jember pada 13 Maret 2017 silam. Sekali lagi, pelaku penembakan adalah anggota Birmob. Tak hanya itu, penembakan juga terjadi di saat sang anggota Brimob Polda Jawa Timur tersebut tidak sedang bertugas serta dengan seenak perutnya membunuh orang lain dengan senjata api yang bahkan dibeli menggunakan uang rakyat di APBN. (red)
Editor: Eriec Dieda