NUSANTARANEWS.CO – Tantangan berteritori Indonesia menurut analis pertahanan sekaligus pengamat alutsista dalam negeri, Jagarin Pane sejatinya luar biasa besar. Dimana luasnya teritori yang harus dijaga dan membendung ekspansi teritori dari sebuah negara hebat di Asia adalah kewaspadaan yang harus dilakukan terus menerus.
Maka penguatan militer yang sedang dilakukan selama delapan tahun terakhir ini, kata Jagarin, adalah dalam upaya penguatan pertahanan yang harus berkualifikasi hebat juga. Semua matra TNI harus diperkuat.
“Anggaran yang dikucurkan untuk menguatkan militer kita menjadi yang terbesar dibanding kementerian yang lain. Catatannya adalah program hebat ini dengan anggaran yang besar harus dikelola bagus dan dikawal dengan kecerdasan bermanajemen di Kemhan. Termasuk kecerdasan menyampaikan program kepada masyarakat. Publikasi resmi terhadap rencana pengadaan alutsista harus disampaikan agar tidak menimbulkan fitnah,” ungkapnya dalam ulasannya berjudul Gelar Kekuatan Menuju Hebat.
Dirinya mengingatkan, jangan sampai berita dan gosip yang didapat adalah versi makelar sales sementara berita yang sesungguhnya disembunyikan, tahu-tahu barang ghoibnya sudah datang. Contohnya kendaraan lapis baja M113.
Maka bagi Jagarin, konferensi pers yang dilakukan Kemhan soal pembelian Sukhoi SU35 baru-baru ini adalah langkah cerdas agar publik tidak terombang ambing. Sebelum konferensi pers ada yang ngomong soal Gripen, seakan-akan sudah yakin akan dibeli, padahal itu versi salesman yang tentu saja menjagokan produknya.
Sementara itu, lanjut dia, mengenai korupsi pembelian Apache, F16 serta AW101 adalah cermin buruk yang menjadi ibrah untuk kita semua yang berhati jernih. Dua kasus korupsi itu saja punya nilai nominal rupiah yang luar biasa besarnya.
Ironinya adalah soal helikopter AW101, saling lempar tanggung jawab lalu menyampaikannya ke ranah publik. Ini menjadi sebuah gambaran kurang bersinarnya jalur koordinasi, konfirmasi dan komunikasi diantara pemangku jabatan strategis.
“Menguatkan tentara adalah juga menguatkan bangsaku. Tapi jangan pula diartikan sebagai menguatkan ‘bank saku’ jenderal. Bangsaku ini harus kuat ekonominya dan harus kuat militernya,” tegasnya. (*)
Editor: Romandhon