NUSANTARANEWS.CO – Dilansir dari The Independent, para peneliti dari Stanford University of Medicine meluncurkan sebah penelitian yang mengungkap tentang hubungan antara rokok dengan frekuensi hubungan seksual. Adapun hasil dari penelitian tersebut diterbitkan untuk pertama kalinya dalam Journal of Sexual Medicine.
Penelitian tersebut telah berlangsung dari tahun 2002 hingga tahun 2015 dan telah mengambil data dari 50 ribu orang berusia 25 sampai 45 tahun yang didukung oleh data dari National Survey of Family Growth di California.
Para responden ditanyai berapa kali mereka melakukan hubungan sebelumnya seks dalam empat minggu terakhir dan seberapa sering mereka menghisap rokok dalam 12 bulan terakhir. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh salah satu periset Stanford dalam sebuah siaran pers.
Mereka mengungkapkan bahwa wanita perokok memiliki hubungan seks rata-rata 7,1 kali dalam empat minggu sebelumnya, dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok dengan rata-rata 6,0 kali hubungan seks dalam empat minggu terakhir. Sementara pada laki-laki, mereka yang secara rutin merokok dalam keseharian memiliki jumlah rata-rata hubungan seksual sebanyak 6,9 kali dalam kurun waktu yang sama yaitu empat minggu. Dibandingkan dengan mereka yang menolak rokok yaitu hanya 5,6 kali dalam kurun waktu yang sama.
“Dengan kata lain, perokok memiliki sekitar 20 persen lebih banyak seks daripada yang abstain,” kata Dr. Michael Eisenberg yang merupakan asisten dari profesor urologi Stanford.
Mengingat bahwa rata-rata pasangan berhubungan seks seminggu sekali, Eisenberg mengatakan bahwa hal tersebut sangat mungkin untuk menimbulkan hingga 20 kali lebih banyak permasalahan hubungan seksual timbul.
Anggapan terdahulu mungkin akan mengatakan bahwa pasangan kebanyakan merokok selelah hunungan seksual mereka, namun temuan dari penelitian ini justru kebalikannya. Bahwa kenyataannya “semua ras, usia, tingkat pendidikan, kelompok berpenghasilan dan agama, setiap status kesehatan, punya anak atau tidak rokok ternyata justru dapat menjadi salah satu hal yang menyertai adanya hubungan seksual yang lebih intens pada seseorang.”
Meskipun berbagai penelotian dan hasil jajak pendapat menempatkan angka 64 persen orang setuju bahwa penggunaan rokok harus dilegalkan untuk orang dewasa, namun Eisenberg tidak ingin mengaitkan dengan hal itu.
Eisenberg memperingatkan bahwa penelitian yang timnya lakukan tersebut seharusnya tidak sisalah artikan sebagai bukti adanya sebab akibat-bahwa ‘rokok dapat memicu gairah seksual’.
“Tidak dikatakan bahwa jika merokok lebih banyak, (berarti) memiliki lebih banyak seks,” tegasnya. (Riskiana)
Editor: Ach. Sulaiman