Budaya / SeniEsai

Curhat Asia Tenggara Sajian Esai Serantau

NUSANTARANEWS.CO – Curhat Asia Tenggara Sajian Esai Serantau. Esai dilihat dari segala segi adalah “penyelamat” eksistensi bagi Emha Ainun Nadjib, budayawan kondang yang menjadi pemberi lecture dalam Bengkel Penulisan Mastera: Esai. Masalahnya, untuk dibilang penyair, ia banyak sibuk berteater. Untuk disebut teaterawan, ia berkeliling Indonesia memberi pengajian-pengajian. Disebut Kyai? ia menulis kolom, esai, artikel, selain menjadi pembicara berbagai seminar dan pertemuan budaya. Waktu menyanggupi datang ke Cisarua untuk menjadi pembicara di Bengkel Penulisan Sastra, kedatangannya tertunda karena ia harus menerima serombongan delegasi pemain sepakbola.

Menulis puisi tapi “bukan penyair”, menulis dan mementaskan drama tapi “bukan dramawan”, berpolitik dan mengkritisi banyak isue politik tapi bukan politikus, memberdayakan masyarakat tapi bukan LSM, berdemo tapi bukan demonstran, dan aktif mengadakan pengajianpengajian

tapi “bukan Kyai”, itulah Emha. Maka “untunglah ada esai” kata Emha, karena “esai bukan ini, bukan itu, tapi adalah ini-itu”. Agus R. Sarjono, intruktur Bengkel Penulisan Sastera Mastera (Esai) dalam makalah panjang “Sebuah bukan Esai tentang Esai” mengemukakan bahwa:

Baca Juga:  Talang Plastik di Rumah Pak AR

Pada tulisan sastra subjek  ominan dan objek diabaikan; pada tulisan ilmiah subjek diabaikan dan objek dominan; maka pada tulisan esai baik subjek maupun objek tidak dihilangkan dan keduanya tetap dominan.

Esai, dengan demikian adalah karangan yang subjektif sekaligus objektif. Fakta maupun perasaan pribadi atas fakta sama-sama pentingnya. Hal ini terlihat pada esai-esai yang ditulis oleh para peserta Bengkel Penulisan Sastra (Esai) baik dari Brunei Darussalam, Malaysia, maupun dari Indonesia sendiri. Karangan-karangan mereka selain berisi fakta juga berisi tanggapan dan perasaan mereka pribadi terhadap fakta dan fenomena yang mereka tulis. Jadilah buku ini semacam bunga rampai curhat se-Asia Tenggara, setidak-tidaknya serantau. Bukankah curhat selalu melibatkan fenomena dan fakta sekaligus perasaan dan tanggapan pribadi atas fenomena dan fakta itu?

Ada curhat tentang perlunya sastra dipasarkan, atau sastra for sale. Ada juga curhat nostalgis tentang kota atau daerahnya yang dianggap sudah kehilangan ketentraman surgawinya. Ada curhat tentang susahnya bergiat dalam teater. Ada curhat tentang kegenitan pengarang-pengarang yang “menjual” duka derita peristiwa korban 1965. Ada curhat tentang ketidakadilan gender dalam dominannya diskursus lelaki dalam peribahasa Melayu, dan lain-lain dan banyak lagi. Semuanya seru dan menarik.

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

Program Penulisan Sastra Mastera dilaksanakan setiap tahun secara bergantian: penulisan puisi, cerpen, novel, esai, dan drama. Pelaksananya adalah Mastera Indonesia, dengan peserta dan instruktur dari negara-negara anggota Mastera: Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Singapura belum lama menjadi anggota setelah sejak awal menjadi negara peninjau. Kini setelah menjadi anggota, Singapura pun mengirimkan instruktur dan peserta dalam Bengkel Penulisan Mastera ini. Thailand —yang kini masih menjadi peninjau— diharap segera bergabung  dalam Mastera dan ikut menseronokkan Bengkel Penulisan Sastera Mastera Berjalan sejak 1997, Bengkel Penulisan Mastera telah melahirkan puluhan peserta dan sebagian besarnya menjadi penulis-penulis ternama di negara mereka masing-masing.

Untuk ini Mastera Indonesia merasa bersyukur. Buku ini adalah kumpulan tulisan peserta Bengkel Penulisan Mastera (Esai) yang diselenggarakan di Cisarua, Kabupaten Bogor, 2014. Mastera Indonesia, dalam hal ini Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa RI, telah pula menerbitkan hasil bengkel penulisan Mastera di bidang puisi, drama, dan cerpen. Semoga dengan demikian manfaat Bengkel Penulisan Mastera dapat menjadi lebih luas lagi mengingat terbatasnya yang dapat menjadi peserta Bengkel Penulisan Mastera. Untuk Bengkel Penulisan Mastera (Puisi) tahun 2017 ini saja lebih dari seratus penulis mendaftarkan diri, sementara hanya sepuluh (10) saja yang dapat diterima karena berbagai keterbatasan, terutama keterbatasan waktu dan anggaran.

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

Inilah esai dari penulis muda peserta Bengkel Mastera dari negeri serantau. Semoga bermanfaat bagi pembaca dan semua mereka makin berkembang gemilang.

Penulis: Abdul Rohim, Kurator dan Editor Antologi Esai Bengkel Mastera (Majelis Sastra Asia Tenggara) “Negeri Murang Maring Sastra for sale”.

Baca: 10 Penyair Muda Indonesia Pilihan Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) 2017

Related Posts