Kesehatan

Pakan Penurun Kolestrol Daging Sudah Ditemukan

Kulit Buah Kakao/Ilustrasi/Nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO, Yogyakarta – Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerjasama dengan Fapet Universitas Mataram (Unram) menemukan pakan penurun tingkat kolesterol daging sapi. Pakan tersebut adalah kulit buah kakao (KBK) yang banyak ditemukan di sekitar lingkungan peternak, dan dicampur dengan jerami jagung sebagai pakan utama sapi.

Hal ini disampaikan oleh Peneliti Senior Fapet UGM Edi Suryanto dalam siaran keterangannya yang diterima redaksi, Jumat (26/05/2017) malam.

“Hasil penelitian di Fapet UGM dan Fapet Unram menunjukkan bahwa sapi Bali yang diberi pakan KBK dicampur dengan jerami jagung, mempunyai rata-rata kandungan kadar kolesterol 62,5 mg/100g,” ujar dia.

Menurut dia, secara umum sapi Bali yang pakan utamanya tidak dicampur KBK mempunyai rata-rata kandungan kadar kolesterol 80-100 mg/100g. Karena itu, menurunnya tingkat kolesterol daging sapi dipastikan akan menurunkan konsumsi daging berkolesterol tinggi bagi masyarakat yang mengkonsumsi daging tersebut.

“Memasuki Bulan Ramadhan biasanya masyarakat mengkonsumsi daging sapi cukup banyak. Karena itu, sangat perlu diperhatikan kadar kolesterol yang dikandung dalam daging sapi, supaya tetap sehat dan bugar selama saat menjalankan ibadah puasa,” ungkap Edi.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Pimpin Upacara HKN di RSUD Nunukan

Dampak KBK

Selain itu, kata dia, dampak lain pencampuran KBK ke dalam pakan ternak sapi juga menghasilkan beberapa kelebihan. Pertama, kandungan karkas (daging dan tulang) tercatat sebesar 52,4%. Kedua, area mata rusuk atau rib eye area daging sapi seluas 58,6 cm2.

“Karena itu, untuk mencapai hasil penurunan kolesterol yang maksimal, KBK perlu difermentasi sehingga meningkatkan kualitas dan kecernaan KBK jadi dapat dikonsumsi sapi secara optimal,” terang Edi.

Meski demikian, ia mengakui, saat ini pakan ternak selalu kurang atau langka di musim kemarau. Sementara, produksi KBK sangat melimpah di Indonesia dan dapat diberikan pada sapi untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi, sehingga sapi dapat tumbuh dan memproduksi daging yang optimal dan rendah kolesterol.

“Oleh karena itu, kulit buah kakao perlu diproses dan disosialisasikan pada peternak untuk menjadi pakan sapi. Integrasi antara peternakan sapi dan perkebunan kakao perlu dilakukan sehingga integrasi dan kolaborasi bidang peternakan dan perkebunan dapat menjadi solusi kekurangan pakan di musim kemarau,” terang Edi.

Baca Juga:  Pemkab Nunukan Tegaskan Komitmennya Dalam Menyukseskan Pilkada 2024

Dukung pemerintah

Ia menambahkan, peternakan sapi akan menjadi lebih bergairah dan dapat menopang pemerintah dalam rangka swasembada daging di dalam negeri. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi positif bagi peternak di Indonesia khususnya untuk meningkatkan kualitas daging sapi sekaligus memanfaatkan kondisi kekurangan pakan di musim kemarau.

“Pemikiran ini sebaiknya diimplementasikan secara efektif. Sehingga target dan kolaborasi pemerintah dengan akademisi terwujud optimal,” tandas Edi.

Kontribusi konkrit

Senada dengan itu, Pengamat Kebijakan Publik Bidang Sosial Masyarakat dari Universitas Indonesia (UI) Sri Handiman Supyansuri mengapresiasi langkah Fakultas Peternakan UGM-Unram dalam memberikan edukasi penting kepada masyarakat, khususnya dalam peningkatan kualitas daging sapi.

Ia mengatakan, upaya pencegahan meningkatnya jumlah masyarakat yang mengidap berbagai penyakit sebagai akibat tingginya kadar kolesterol, harus dilakukan sejak awal. Bahkan sejak memilih jenis konsumsi yang akan dinikmati.

“Ini namanya upaya preventif yang sederhana namun penting untuk dilakukan. Dan Fapet UGM-Unram telah berkontribusi besar dalam hal ini. Artinya juga, kampus-kampus lain di seluruh Indonesia harus berani berkontribusi aktif seperti kedua kampus itu, terutama dalam membangun sumber daya manusia melalui asupan konsumsi masyarakat,” jelas Handiman.

Baca Juga:  RSUD dr. H. Moh Anwar Sumenep Hadirkan Teknologi Canggih untuk Layanan Kesehatan

Ia menambahkan, khusus menghadapi bulan puasa saat ini dan menjelang Hari Raya Idul Fitri, masyarakat harus terus diedukasi untuk menjaga tubuh dan rohaninya, baik melalui konsumsi makanan maupun melalui konsumsi ibadah yang dijalankan. (ed)

Editor: Eriac Dieda

Related Posts

1 of 31