EkonomiPolitikTerbaru

Ini Biang Kerok Harga Daging Sapi Indonesia Lebih Mahal Dibandingkan Malaysia

NUSANTARANEWS.CO – Harga produk-produk pertanian dan peternakan seperti daging sapi Indonesia lebih mahal jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Di mana harga daging sapi di Malaysia bisa dijual dengan harga Rp 55.000 per kilogram dan di Singapura bisa mencapai Rp 50.000 per kilogram padahal Singapura tidak memiliki Hafana (Peternakan Sapi). Lantas kenapa Indonesia tidak bisa? Apa masalahnya?

Menurut Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HPPI) Ismed Hasan Putro, harga daging di Malaysia dan Singapura bisa murah lantaran para pengusahanya memiliki peternakan di negara lain. Dengan demikian, jika kebutuhan daging di dalam negerinya tinggi, maka bisa langsung diimpor dari peternakan milik pengusaha Malaysia yang berada di luar.

“Beberapa pengusaha itu memiliki peternakan di Australia dan Brunei Darussalam,” ungkap Ismed, dalam diskusi publik bertema ‘De Javu Harga Sembako’, di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, (4/6/2016).

Hal senada pun diungkapkan oleh Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi. Asnawi menceritakan bagaimana awal mula daging sapi impor bisa membanjiri pasar Indonesia dan berkuasa dalam menentukan harga di Tanah Air. Jika bicara tahun 1970-an, negara maritim ini memang pernah melakukan swasembada daging. Bahkan Indonesia pernah melakukan ekspor ke negara-negara tetangga. Hal tersebut lantaran proses dari hulunya memang tertata sedemikian Baik.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Gelar RDP Terkait PHK Karyawan PT. BHP

“Namun saat tahun 1980-1985-an mulailah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang kurang tepat. Hal tersebut lantaran melihat kondisi saat itu yang kekurangan pasokan daging dan menyebabkan harga menjadi tinggi. Maka diperbolehkanlah kita impor sapi dari Australia, dan harga dari Australia sangat murah bahkan lebih rendah dari sapi lokal. Jadi dari sitilah awal masuknya sapi impor dari Australia, atau mungkin itu dalah salah satu cara bagaimana kapital asing menguasai pasar Indoneia. Apalgi jika dilihat notabennya data 2013 supply sapi dan daging mencapai Rp 1,9 triliun masuk ke Indonesia tahun 2012-2013 dan dilihat pasar Indonesia memang sangat menarik,” katanya.

Untuk itu, agar daging sapi impor tidak membanjiri pasar Indonesia Presiden Joko Widodo diminta untuk melakukan suatu tindakan yang berani sebagai bentuk revolusioner. “Tindakan revolusioner itu kita jangan hanya bergantung pada satu sumber. Saat ini kan sumber sapi impor kita dari Australia, nah kita coba impor dari negara lain seperti India atau negara lainnya. Kalaupun mau kita impor dari negara Australia, kita yang harus bisa mengendalikan harga. Bukan malah kita uang didesak oleh Australia,” tegasnya.

Baca Juga:  King of Morocco, HM King Mohammed VI, Delivers Speech to Nation on Green March 49th Anniversary

Jadi, imbuh Ismed secara berbarengan kata kuncinya ada di tangan Jokowi untuk meneguhkan visi politik dan visi ekonomi nawacita-nya. (Restu F)

Related Posts

1 of 3,082