HukumPolitik

Pengakuan Allan Nairn Kepada Soe Tjen Marching Seputar Tulisannya di The Intercept

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Tulisan investigatif Allan Nairn soal rencana makar atau penggulingan Presiden Joko Widodo oleh sejumlah pensiunan dan perwira tinggi aktif di TNI menjadi polemik dan viral.

Tulisan Allan Nairn menyebar luas di kalngan pembaca tanah air bermula dari saat redaksi media online tirto.id mempublikasikan edisi terjemahan Indonesianya dengan judul “Investigasi Allan Nairn: Ahok Hanyalah Dalih untuk Makar”. Judul asli artikel Allan ialah “Trump’s Indonesian Allies In Bed With ISIS-Backed Militia Seeking to Oust Elected President” yang diturunkan pertama kali oleh situs The Intercept.

Sontak, setelah artikel terjemahan viral di kalangan pembaca tanah air, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Wuryanto mengemukakan bahwa artikel investigasi yang ditulis Allan Nairn tersebut adalah informasi bohong atau hoax. Tanggapan Kapuspen ini disebarkan melalu keterangan tertulisnya, Jumat (21/4/2017)

Kapuspen TNI menilai, isi berita yang dimuat tirto.id tidak sesuai fakta. Apalagi, pihak redaksi tidak mengkonfirmasi dulu ke pihak TNI sebelum merilisnya.

Menanggapi pernyataan Kapuspen TNI, CEO dan Pemimpin Redaksi Tirto. id, Sapto Anggoro, menyatakan telah mengetahui keberatan pihak TNI tersebut. Ia pun mengaku tidak mau jemawa dan siap menerima keberatan itu. Dimana, kata dia, Mabes TNI memiliki hak jawab dan bisa melapor ke Dewan Pers.

Namun demikian, Secara terpisah, Kapuspen TNI kembali membuat pernyataan bahwa pihaknya tidak akan menanggapi pernyataan Allan Nairn. “Saya tidak menanggapi itu, Panglima TNI menyatakan itu masalah kecil jadi tidak perlu ditanggapi,” ujar Wuryanto, Jakarta, Senin (24/4/2017).

Baca Juga:  Fraksi Hanura DPRD Nunukan Minta Pemerintah Prioritasi Anggaran Untuk Pertanian

Terkait anggapan bahwa TNI tengah diadu domba dengan rakyat, mantan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) ini menyerahkan sepenuhnya kepada penilaian masyarakat. “Silakan masyarakat menilainya, silakan dianalisis di media masing-masing,” ucapnya.

Sebelumnya, Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta, memandang, isu ini sangat sensitif dan perlu segera mendapat respon dari pemerintah, dalam hal ini Presiden Jokowi. Menurutnya dengan didukung lembaga intelijen seperti Badan Intelijen Negara (BIN) dan Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, hampir dipastikan tidak ada yang luput dari perhatian Presiden.

Baca: Soal Kisruh TNI Vs Tirto.id, DPR: Presiden Harus Turun Tangan

“Oleh sebab itu, Presiden perlu segera membuat pernyataan, mengingat posisi TNI selama ini adalah tulang punggung negara, serta loyalitasnya terhadap pemerintah tidak pernah diragukan,” katanya, Jakarta, Minggu (23/4/2017).

Di pihak lain, Allan Nairn kembali membeberkan seputar hasil investigasinya dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Amy Goodman seperti yang dapat dilihat di situs YouTube lengkap dengan terjemahan Indonesianya. Vedeo berdurasi 27.00 menit itu diunggah oleh akun Berita Fakta Indonesia dengan judul “Eksklusif! Ini Wawancara Allan Nairn – Amy Goodman tentang adanya upaya Kudeta terhadap Jokowi,” 23 April 2017.

Seolah tidak cukup dengan wawancara ekslusif tersebut, Allan Nairn mengirim email kepada rekannya seorang Indonesianis, penulis, dan feminis bernama Soe Tjen Marching.

Baca Juga:  Ratusan Nelayan Tlocor Sidoarjo Kompak Dukung Khofifah di Pilgub, Galang: Bukti Sejahterakan Nelayan

“Allan Nairn mengirim email pagi ini kepada saya tentang tulisannya di The Intercept, yang menyatakan kalau para pendukung Presiden Trump bersama para Jendral di Indonesia sedang merencanakan kudeta. Email ini saya terjemahkan & saya publikasi di sini, dengan seijin Allan Nairn,” tulis Soe Tjen Marching memberi pengantar di catatan facebook-nya, 24 April 2017.

Soe Tjen Marching melanjutkan, pada 24 April 2017 pukul 03:30, Allan Nairn menulis:

Hi Soe Tjen,

Senang sekali mendengar kabar dari Anda. Saya adalah penggemar karya Anda. Seperti yang dinyatakan kepada Tirto, The Intercept bersedia menjamin kebenaran artikel yang dimuatnya (The Intercept: ‘We Stand by Our Story’), dan saya akan siap menghadapi militer di pengadilan atau di tempat lain untuk mendiskusikan tulisan saya. Saya akan mendorong siapapun untuk juga membaca karya asli (https://theintercept.com/ 2017/04/18 / trumps-indonesia-sekutu-di-tempat tidur-dengan-isis-didukung-milisi-pencari-untuk-oust-terpilih -residen /), termasuk dokumen tentara tentang gagasan mereka mengenai “Komunis Gaya Baru.”

Saya juga akan mendesak orang-orang yang bertanya tentang pendekatan saya dalam penelitian sejarah serta tulisan saya. Saya adalah musuh seumur hidup dari pemerintah AS dan kepentingan perusahaan dan praktik eksploitasi dan pembunuhan warga sipil oleh mereka. Dalam kampanye 2014 saya menantang Prabowo untuk bergabung dengan saya dalam menyerukan agar semua presiden AS yang hidup diadili atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan agar Freeport McMoRan dikeluarkan dari Indonesia. Dia menolak untuk melakukannya.

Saya akan membuat tantangan yang sama sekarang terhadap Jenderal Gatot, Fadli Zon dan yang lainnya yang mencoba menyarankan agar saya tunduk pada kekuatan yang sebenarnya saya lawan keras. Jenderal Gatotlah yang meminta dan mendapatkan senjata serta pelatihan dari Pentagon, Fadli Zon yang mencoba mengklaim bahwa Trump tidak anti-Islam (http://www.satuharapan.com/ read-detail / read / Fadli-zon-yakin-truf-jadi-presiden-as-dan-tidak-anti-muslim), Hary Tanoe yang berbisnis dengan Trump, dan Munarman dari FPI yang telah benar-benar bekerja sebagai pengacara Freeport.

Saya juga ingin mencatat bahwa seperti yang saya nyatakan dalam artikel asli saya menentang penggunaan konsep “makar” sebagai tidak adil dan represif. Saya mencela penangkapan makar sebelumnya pada bulan Desember (lihat @ AllanNairn14) dan mengatakan bahwa mereka bersalah. Saya juga tidak setuju tuduhan makar terhadap orang Papua karena mengibarkan bendera mereka.

Karena alasan inilah, di bagian wawancara saya dengan Ustad Khattath dan Usamah Hisyam, saya menghilangkan tanda petik dan menggunakan kata “mereka” (seperti yang dicatat dalam tanda kurung dalam potongan itu) sehingga tidak memberikan bukti yang dapat digunakan untuk melemahkan Khattath dalam kasus makarnya. Saya tidak setuju dengannya secara politis, tapi saya juga tidak sudi kalau Khattath – atau siapa pun – diadili dengan menggunakan undang-undang yang tidak adil dan represif.

Terima kasih atas ketertarikan Anda dalam hal ini. Saya harap kita bisa terus berhubungan.
Terima kasih,
Allan

Pewarta/Editor: Achmad Sulaiman

Related Posts

1 of 112