NUSANTARANEWS.CO – Bersama rakyat, kita telah menyadari reformasi paling penting dalam sejarah kami. Hari ini Turki telah mengambil keputusan bersejarah dan orang-orang telah menyadari betapa penting reformasi negara ini. Demikian pernyataan singkat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan kemenangan atas hasil referendum yang digelar pada Ahad (16/4/2017).
Referendum Turki adalah memilih apakah sistem pemerintah tetap menggunakan parlementer atau presidensiil. Erdogan menghendaki sistem presidensiil untuk memperluas kekuasannya sebagai presiden Turki, khsusnya pasca kudeta militer yang gagal pada bulan Juli tahun 2016 lalu.
Dari jumlah penghitungan suara referendum, setidaknya 51,4 persen pemilih menyatakan setuju dengan rencana tersebut dan 48,63 persen menolak.
Menyikapi hasil referendum bersejarah Turki, tak lupa Presiden Donald John Trump mengucapkan selamat kepada Erdogan. Sepekan berselang, Erdogan mengatakan pada hari Kamis (20/4) dirinya akan segera mengadakan pertemuan dengan rekannya Donald Trump di Washington pada 16-17 Mei mendatang. Demikian laporan yang dikutip Reuters. Ini merupakan pertemuan pertama kalinya Erdogan sejak Trump menjabat pada bulan Januari.
Seperti diketahui, hubungan Amerika-Turki sempat memburuk sejak kudeta milter yang gagal pada bulan Juli. Selain itu, ketidaksepakatan Turki mengenai dukungan AS terhadap kelompok milisi Kurdi juga pemicu lain merenggangnya Erdogan dan Trump. Pasalnya, Kurdi merupakan kelompok militan paling dilarang karena melakukan sejumlah pemberontakan, salah satu yang ternama ialah pemberontakan di Turki Tenggara.
Lebih jauh, dampak lain dari kudeta militer di Turki, Ankara mendesak AS mengekstradisi Fethullah Gulen. Gulen dituding sebagai perancang kudeta yang gagal dan bermukim di Amerika Serikat.
Hanya saja, ketidaksepahaman AS dan Turki tampaknya akan membaik seusai pertemuan di Washington Mei nanti. Sebab, Erdogan melihat prospek untuk memperbaiki hubungan persekutuan NATO di bawah Trump.
Pewarta: Eriec Dieda
Editor: Achmad Sulaiman