NUSANTARANEWS.CO – “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia!” Ungkapan lantang Ir Soekarno masih jelas terdengar dan senatiasa menemukan konteksnya di masa kini dan di masa yang akan datang. Sosok macam apakah yang dimaksud Bung Karno dari sepuluh pemuda itu? Sepuluh pemuda tersebut bisa merupa intelektual, budayawan, seniman, pengusaha, politisi, agamawan, dan apa saja. Semakin banyak ragamnya, tentu saja akan lebih baik apabila mampu menciptakan harmoni kehidupan dalam persaingan yang sehat.
Pemuda mandiri, kreatif, dan memiliki integritas dengan jiwa nasionalisme yang kuatlah, sosok harapan Bung Karno. Sebab dengan kemandiriannya, ia tidak bergantung pada orang lain. Dengan kreatifitasnya bisa membuat apa saja menjadi sesuatu yang berharga. Dengan integritasnya mampu memupuk daya hidupnya untuk tidak mudah menyerah dan putus asa. Dan dengan jiwa nasionalismenya pulalah, ia akan melakukan sesuatu untuk bangsa dan tanah airnya.
Pemuda mandiri, kreatif, dengan integritas dan jiwa nasionalisme tinggi, lahir setiap waktu di Indonesia. Kendati disampingnya, pemuda yang tercerabut dari akarnya juga lahir bersamaan dengan serbuan bermacam-macam model gaya hidup dari luar. Lalu dimanakan, pemuda yang dimaksud Soekarno akan mengambil peran? Salah satunya ialah di bidang industri kreatif.
Tim Redaksi nusantaranews.co optimis bahwa, Industi kreatif perlahan tapi pasti akan tumbuh subur di Indonesia. Dimana hal itu akan beriringan dengan tumbuhnya ekspresi nasionalisme kontemporer di kalangan generasi muda Indonesia. Seperti yang pernah disampaikan sebelumnya, sejumlah generasi muda Indonesia tanpa hingar-bingar propaganda secara alamiah mulai mengidentifikasi diri dengan tradisi budaya lokal. Dimana mereka melakukan refashion, seperti menjual makanan, kosmetik, kerajinan, pakaian dan aksesoris sebagai bentuk melestarikan warisan budaya.
Sungguh luar biasa daya kreatifitas mereka apabila mau dicermati dan diakomodasi dengan serius oleh pemerintah. Mereka dengan serius ada yang mampu menciptakan proyek-proyek kreatif tourism independen dengan mempromosikan pariwisata lokal, meski hanya membangun blog dan situs-situs yang berisikan sekedar berbagi pengalaman perjalanan wisata di daerah.
Disamping itu, perlu disadari, industri kreatif semakin kesini telah menjadi ajang kreasi dan inovasi generasi muda untuk berekspresi mengarungi kecenderungan globalisasi yang tanpa batas. Bagi sebagian generasi muda, identitas nasional kini dirasakan menjadi penting untuk mempertahankan akar budaya mereka sebagai anak bangsa.
Maka tak heran apabila Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih menghendaki keberadaan industri kreatif di tanah air untuk terus melakukan inovasi agar mampu berdaya saing dan meningkatkan nilai tambah produknya sehingga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Sektor yang berbasis industri kecil dan menengah ini menjadi prioritas dalam pengembangannya karena merupakan padat karya berorientasi ekspor.
Hal tersebut disampaikan Gati usai membuka secara resmi Pameran Produk Kreatif Nusantarayang diselenggarakan Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI) di Plasa Pameran Industri, Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (14/3). “Hal ini sesuai Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Untuk itu, kami memacu upaya tersebut dengan melaksanakan berbagai kebijakan strategis seperti fasilitasi pameran ini,” kata Gati.
Gati menyampaikan, industri kreatif menyumbang sekitar Rp642 triliun atau 7,05 persen terhadap totalPDB Indonesia pada tahun 2015. “Kontribusi terbesar berasal dari sektor kuliner sebanyak 34,2 persen,mode atau fashion 27,9 persen dan kerajinan 14,88 persen,” sebutnya.
Menurut dia, industri kreatif merupakan sektor keempat terbesar dalam penyerapan tenaga kerja nasional, dengan kontribusinyamencapai 10,7 persen atau 11,8 juta orang. Bahkan, katanya, industri kreatif nasional juga dinilai telah mampu bersaing di pasar global. Kekuatan ini terletak pada sumber bahan baku yang melimpah dan berkelanjutan, didukung dengan keragaman corak dan desain produk yang berciri khas lokal, serta ditunjang oleh para perajin yang cukup kompeten.
“Di pameran ini, kita bisa lihat beragam inovasi pelaku industri kreatif yang membuat bahan bekas menjadi produk kreatif bernilai seni tinggi,” ujarnya. Gati mencontohkan, botol plastik yang dapat dikemas menjadi lampu hias, kardus bekas dapat menjadi google cardboard dan bahan bekas potongan kayu diolah menjadi cover buku agenda.
Meski para pelaku industri kreatif yang diwakili oleh generasi muda memiliki motif ekonomi yang kuat, tapi kecenderungan ini perlu mendapat apresiasi yang mendalam. Sebab mesti diakui bahwa industri kreatif telah menjadi embrio lahirnya rasa kebangsaan baru. Dengan demikian, harus menjadi agenda penting bagi pemerintah untuk mengambil inspirasi nasionalisme muda ini dengan serius, untuk disinergikan agar dapat menjadi lokomotif ekspresi nasionalisme baru ditengah kebisingan dunia pop dewasa ini. (Tim Redaksi/nusantaranews.co)
Penulis/Editor: Achmad Sulaiman