NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Warung Kopi atau kafe di era mellenial menjadi tempat alternatif untuk melakukan banyak hal. Mulai dari diskusi, belajar bersama, membaca, bekerja, dan atau sekedar nongkrong biasa.
Demi memenuhi kebutuhan pelanggan, pemilik kafe pun menyediakan fasilitas mulai dari wifi, sambungan listrik dan nirkabel gratis. Survei membuktikan, bahwa semakin lengkap fasilitas kafe itu, bak laron kafe itu akan dikerumuni pendatang. Apalagi, bila daya wifinya lancar alias tidak lelet.
Kafe kemudian menjadi tempat menarik dan menyenangkan untuk melakukan pekerjaan yang bisa dilakukan di luar kantor. Gaya hidup yang satu ini sudah lazim terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Bali, dan seterusnya. Tentu saja di beberbagai kota di negara-negara maju dan berkembang.
Akibatnya, tidak sedikit yang menjadi semacam autis di kafe. Sebab ketika sudah sibuk dengan laptop pastinya susah untuk melakukan interaksi dengan yang lain. Karena itu, di salah kafe di Amerika mulai berani untuk tidak mengizinkan tamu-tamunya untuk menggunakan laptop.
Kafe itu bernama Kibbitznest di Chicago Lincoln Park. Menurut laporan Travel and Leisure, kafe yang satu ini ingin mengembalikan ‘kodrat’ para tamu kafe ke masa saat internet belum membudaya. Mereka ingin mengembalikan interaksi antarmanusia saat bertemu di kafe.
Bahkan, kafe ini menyarankan kepada para tamu, yang jika datang seorang diri, kafe ini menyarankan untuk membaca buku, dibanding bekerja dengan laptop. Jika tak ingin membaca, kafe ini menghadirkan berbagai board game dan kartu untuk tamunya.
Uniknya, kafe ini juga menghadirkan mesin ketik yang bisa dipakai semua orang. Mesin ketik ini juga bisa dipakai untuk mengetik surat atau catatan kecil.
Disamping itu, kafe ini memiliki beberapa peraturan dan tidak memiliki sambungan nirkabel. Kafe ini menerapkan aturan untuk tetap menyimpan laptop dalam tas penyimpan dan ponsel harus digunakan dengan bijak.
Aturan lainnya dari kafe ini adalah “Ceritakan kisah, tertawa lepas, daripada berteriak”. Tentu saja, kafe ini sering digunakan sebagai tempat komunitas membaca, belajar, dan pertunjukkan musik. (rsk)
Editor: Sulaiman