Mirna dan Jessica
Sebelum detik memaksa waktu
berhenti di riak telaga
Ikan kecil terbang mengelilingi
kepala yang di sulam menjadi
kolam bagi setiap insan
tak seperti laut, itu mulut
yang cekung membentuk teluk
di samudera ubun dan gigilmu.
Kau sulit tersentuh, begitu
kelebat kalut mediamiku
Doa seperti mengajak Tuhan
atau mengejek gejolak rumpang
pada setengah dadamu yang tegang,
dan di seperempat senyummu,
berdenyut jantung dan sumsum
kegelisahanku yang terlalu rapuh.
kita sirna oleh perasaan, dan kau
mengajak mirna yang tengah memesan
kopi di penghujung jalanku
2016
D
Dada itu kosong tanpa ada aku
Dan udara-udara penderitaan,
Di mana kau pergi? membawa
Diri di tepian mata yang runtuh
Dalam kelebat hujan paling lebat
Dulu, masa lalumu sempat
Ditegur malaikat pemberi
Desahan kamar-kamar gelap.
Diantara subuh dan petang,
Dewi padi menggandeng rantang
Dalam perjalanan mencari benih,
Di lembah rawa dada pahamu.
Di sepasang mata burung,
Dalihnya, kau tampak menawan
Dari dahan lengan remaja.
2016
Eugenia
Bersaput jelita, kau pelita
Menemani malam berteman,
Baik pada kenyataan yang bergegas
Mati di pelukan rentah ayah
Doa-doa kau buang di sungai,
Keranjang berisi pangan dan angan
Mengalir ikut seperti nadi di dalam
Kulit yang serupa tanah di atas laut
“Tidak mungkin katamu”
Aku membelah samudera
Darahmu, membetuk jalan-jalan
Kecil agar dilalui darahku
Menuju jantungmu yang lemah.
2016
Wahyu Gandi G, lahir di kota hibrida, 28 April 1996. Tercatat sebagai mahasiswa fakultas sastra UNM Makassar. Karya-karya puisi, cerpen dan esainya terbit di beberapa media di Indonesia. Berdomisili di kota Makassar dengan segala kemungkinan-kemungkinannya.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].