Batu Kesepian
Ke arah matamu
Burung pulang berkemas diri
Bersarang malam, lalu gelap lindap
Melahirkan sunyi, menjerat rindu
Tak lelah kau mengepungku
Menyiram tandus jiwaku
Dengan benihmu
Kini, di tengah pahit kerinduanku
Aku mengendusi wajahmu
Dan di dalam batu kesepianku
Aku menulis namamu
Tak selesai-selesai
Ke arah matamu
Senja semakin tua
2012-2016
Karena Engkau
Aku mencintaimu
Karena engkau laut
Banyak menyimpan ikan dan penghidupan
Dan di kedalamannya
Aku ada
Aku mencintaimu
Karena engkau cahaya
Terang dalam gelapku
Dan aku bisa meraba,
Berjalan diantara banyak rasa dan warna
Aku mencintaimu
Karena engkau diriku
Mencecap angin dan menggambar pada tanah yang sama
Dan kita tahu, bagaimana?
Kapan kita tidur bersama dan keluar dari mimpi.
Aku mencintaimu
Karena engkau ada:
Diriku yang lain!
Gowok, 13 September 2014
Gitar Kehidupan
Lagu kesedihan yang hampa
Berdenting dalam batin
Sebuah gitar kehidupan dimainkan takdir
Memecah kesunyian malam.
Entah kemana angin membawa laguku?.
Tempat duduk di depan rumah
Dan bunga-bunga layu di halaman
Mengajariku untuk memahamimu
Dan aku mendekatimu dari masa yang akan datang
Dengarkanlah bunyi gitar kehidupan yang pedih,
Sebuah lagu yang suci
Akan membangunkanmu dari tidur yang panjang
Rumahpohon, 20-09-2013
*Sabaruddin Firdaus, pengkhusyuk sastra, pengelola kopi, tinggal di Yogyakarta.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].