NUSANTARANEWS.CO – Dalam literatur peradaban umat manusia, kebiasaan meramu sudah terjadi sejak kehidupan manusia-manuasia sebelum masehi. Sebagaimana khittah manusia yang selalu ingin tahu, maka terjadilah semacam percobaan-percobaan (research) yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Hal ini semata-mata untuk mencari solusi (problem solving) yang terjadi dalam masyarakat.
Budaya pada prinsipnya lahir sebagai upaya manusia untuk menterjemahkan sekaligus menjawab persoalan dalam suatu masyarakat. Dengan demikian jamu menjadi identitas budaya yang unique dan hanya dapat ditemui dalam peradaban suku bangsa tertentu.
Bukankah di Asia seperti China, Vietnam, Fhilipina, Malaysia juga memiki jamu? Negara-negara Asia pada umumnya memiliki jamu, namun tidak bisa disamakan dengan tradisi jamu di Indonesia yang khas, mulai bahan, cara meraciknya, bentuk penyajiannya, dan model penjajaanya.
Bahkan, tradisi jamu di Indonesia khususnya Jawa, hampir setiap orang tahu dan bisa meramu jamu yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan semisal, kunyit, laos, jahe, bahkan dedaunan seperti butrawali. Kebiasaan inilah yang diwariskan secara turun temurun dan menjadi orisinalitas dari karakter berkebudayaan bangsa Indonesia.
Meski pada dasarnya racikan jamu yang ampuh hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli seperti penjual jamu, baik yang keliling kampung maupun yang sudah menetap. Dari deretan jamu tradisional ini, banyak resep-serep yang manjur dalam mengatasi berbagai penyakit yang di derita masyarakat. Seperti menurunnya nafsu makan, demam, mencret, kepala pusing, flu, masuk angin dan lain-lain. Setiap penyakit memiliki resep jamu yang berbeda-beda.
Maka lahirlah sederet jenis jamu tradisional seperti kunir asam, jamu pahitan, kudu laos, uyup-uyupan/gepyokan yang dikhususkan bagi ibu menyusui, beras kencur dan masih banyak lagi. Jelaslah kemudian, berdasarkan geneologinya, jamu dan tradisi minum jamu sesungguhnya merupakan praktik budaya asli yang lahir dari rahim kebudayaan bangsa Indonesia.
Ini artinya jamu dengan tegas merupakan salah satu kebudayaan integral bangsa, sekaligus menjadi identitas dan karakter. Itulah sebabnya, mari jadikan jamu sebagai tuan rumah di negerinya sendiri. (red-01)