NUSANTARANEWS.CO – Direktur Eksekutif Centre for Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi, mengungkapkan bahwa wacana pergantian acuan mata uang dari Dollar Amerika Serikat (AS) ke Yuan China akan sangat menguntungkan Indonesia.
“Kalau pakai Yuan akan lebih menguntungkan sekali. Kalau pakai Dollar, mahal dan menguras devisa,” ungkapnya kepada Nusantaranews, Jakarta, Minggu (11/12/2016).
Namun menurut Mantan Aktivis 98 itu, pergantian acuan mata uang tersebut barulah sebatas wacana saja. Dilaksanakan atau tidaknya oleh Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK), masih belum bisa dipastikan.
“Tapi ini baru wacana, biarpun menguntungkan, belum tentu bisa dilaksanakan,” ujar Uchok.
Uchok menilai, wacana ini hanya sebuah gertakan dari Presiden Jokowi agar AS dan Jepang mau membantu pendanaan untuk pembangunan infrastuktur di Indonesja.
“Kalau mereka (AS dan Jepang) tidak mau bantu, terpaksa Indonesia berkiblat ke China,” katanya.
Wacana perpindahan acuan mata uang tersebut menurut Uchok memang sedikit tepat jika dilakukan. Pasalnya, ia mengatakan, kondisi perekonomian Indonesia saat ini sudah terbilang darurat. Terlebih lagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terus mengalami defisit.
Namun kendati demikian, lanjut Uchok, tetap akan ada sisi positif dan negatifnya jika wacana tersebut diberlakukan.
“Belanja terlalu banyak untuk bayar utang, gaji pegawai, dan fasilitas buat pejabat negara. Sedangkan penerimaan negara minim, bukannya tambah naik, malahan turun,” ujarnya.
Saat ditanya apakah munculnya wacana perpindahan acuan mata uang tersebut berkaitan dengan maraknya para pekerja China yang masuk ke Indonesia, Uchok menambahkan, seharusnya hal itu terjadi.
“Investasi China seharusnya tidak diikuti masuknya warga China. Tapi kenyataannya investasi masuk, warga mereka yang mereka kerjakan,” ungkapnya. (Deni)