Ekonomi

HIPMI: Logistik Nasional Masih JBJB Sentris

Ketum BPP HIPMI, Bahlil Lahadalia/Foto: dok. kabarbisnis
Ketum BPP HIPMI, Bahlil Lahadalia/Foto: dok. kabarbisnis

NUSANTARANEWS.CO -Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) kecewa dengan kinerja kelogistikan nasional. Pasalnya, organisasi ini menilai tingkat konsumsi logistik nasional tidak merata dan cenderung Jakarta-Jabar, Jakarta-Banten (JBJB) sentris.

” Logistik akan membaik bila konsumsi merata dan tak JBJB (Jakarta Jabar-Jakarta Banten) sentris,” ujar Ketum BPP HIPMI, Bahlil Lahadalia dalam rilisnya yang diterima nusantaranews.co, Jakarta, Sabtu (12/11/2016).

Bahlil mengaku prihatin atas merosotnya kinerja kelogistikan nasional. Realitanya, Bank Dunia mengganjar Logistics Performance Index (LPI) 2016 juga melorot hingga sepuluh level, tepatnya berperingkat 63 ketimbang tahun 2014 lalu yang sempat  berperingkat 53.

“Di level ASEAN saja, Indonesia masih tertinggal jauh dengan tetangganya, seperti Singapura (5), Malaysia (32), Thailand (45),” papar dia.

Menurutnya, arus logistik akan berjalan seiring dengan tingkat konsumsi. Jelas saja, sekitar 60 persen tingkat besaran konsumsi masih terkonsentrasi di Jakarta dan sekitar perlu diratakan ke daerah-daerah lainnya.

Sementara itu, Ketum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Nugrahawan Hanafi menyampaikan sejak 2014 ALFI berdiri terus konsisten mendesak reformasi kelogistikan nasional. Ia menyarankan pemerintah agar serius lakukan selain harmonisasi deregulasi yang jadi fokus utama, juga perlunya hal lain, seperti infrastruktur baik yang berjenis soft maupun hard, dan fiskal-moneter serta pendidikan.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Fasilitasi RDP Petani Rumput Laut Dengan Pemerintah

Yukki percaya daya saing RI akan membaik bila setidaknya biaya logistik diturunkan sebesar 5 persen saja, maka akan berpengaruh pada perbaikan kinerja hingga 0,5-0,7 persen.

“Industri logistik Indonesia masih di kuasai asing. Bayangin saja, salah satu perusahaan asing yang beroperasi di negara kita bisa menikmati laba hingga empat kali lipat dibanding di Singapura dan 60 persen total omzet di dapatkan hanya dari pasar Indonesia saja,” tutup Yukki. (Sego/Red)

Related Posts

1 of 6