Wisuda Siswa: Sebuah tradisi, pengakuan eksklusif atau hura-hura.NUSANTARANEWS.CO, Pidie Jaya – Kegiatan wisuda, kini telah menjadi trend di sekolah tingkat Pendidikan Dasar, tingkat Sekolah Pertama, bahkan di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pdahal Wisuda lazimnya merupakan kegitan seremonial bagi mahasiswa paska mengenyam pendidikan Sarjana atau Pascasarjana di Perguruan Tinggi.
Mantan Koordinator Aliansi Mahasiswa Peduli Pidie Jaya (AMP2J), M Rissan, S.Sos melalui pesan singkatnya Sabtu (24/6) mengatakan: “Seremonial wisuda kini telah menjadi trend di sekolah PAUD/RA, SD/MI, MP/TS, seakan-akan pihak sekolah menegaskan bahwa Wisuda Siswa adalah sebuah kewajiban yang harus diselesaikan baik itu prosesinya maupun administrasi yang harus di lunasi untuk kegiatan wisuda tersebut, yang artinya ikut tidak ikut, biaya kegiatan wisuda wajib bayar,” tulis M Rissan, S.Sos, Mantan Koordinator Aliansi Mahasiswa Peduli Pidie Jaya (AMP2J) melalui pesan singkatnya Sabtu (24/6).
“Yang menjadi pertanyaan adalah apakah eksistensi wisuda siswa tersebut untuk mendapatkan pengakuan bahwa sekolah tersebut eksklusif atau hanya sekedar hura-hura, dimana wali siswa harus berputar otak agar dapat memenuhi hajatan tersebut,” sambung Rissan.
“Bagaimana tidak, untuk memenuhi hajat wisuda siswa, orang tua wali siswa harus mengeluarkan rupiah diluar dari perkiraan seperti sewa atau jahit baju, ini dan itu, terprediksi hampir 1 juta bahkan lebih dalam sekali wisuda,” tambahnya.
Dalam bahasa lain, kegiatan Wisuda Siswa seperti makan nasi dalam sehari 3 kali, “lam si uroe lhe geu Wisuda,” ujarnya.
Bukan perkara berhitung untuk sebuah pendidikan anak, tapi ini lebih kepada asas manfaat kegiatan wisuda siswa, apa manfaatnya? “Malah kegiatan wisuda siswa telah menghilangkan nilai-nilai kesakralan wisuda di perguruan tinggi,” tegasnya.
“Dan Ini menjadi pertanyaan besar yang dilontarkan kepada dinas pendidikan, sejauh mana pengawasannya, apa fungsi dan tanggung jawab dinas pendidikan, apa hanya sekedar duduk di kursi putar lalu bikin program pelatihan yang hanya menghabiskan anggaran saja?”
Rissan juga menyapaikan, wali siswa bukan tidak setuju dengan kegiatan wisuda, kalau memang kegiatan tersebut sebagai program sekolah untuk mendapatkan pengakuan sekolah eklusif. Setidaknya pihak sekolah dapat menggunakan dana subsidi, mungkin BOS (Bantuan Operasional Sekolah) bisa digunakan untuk kegiatan wisuda siswa.
“Jangan semua menjadi beban wali siswa, Dan kalau wisuda tersebut menjadi sebuah kebutuhan yang mutlak harus dilakukan kepada siswa, pihak sekolah seharusnya bermusyawarah terlebih dahulu dengan wali siswa dan komite sekolah,” pungkasnya. (MG)