NUSANTARANEWS.CO, Singapura – Selama lebih dari satu dekade belakangan ini, Amerika Serikat (AS) telah berusaha merekrut negara-negara ASEAN baik secara bilateral maupun multilateral ke dalam blok anti-Cina atau anti-Rusia di kawasan Asia-Pasifik.
Hal tersebut kembali dipertegas oleh Menteri Pertahanan Lloyd Austin di Singapura dalam kuliah umumnya terkait Indo-Pasifik dengan lagu lama “Pasifik yang bebas dan terbuka”. Ya lagu lama AS yang paling favorit “kebebasan dan demokrasi” – meski pada prakteknya adalah pemaksaan dan penghancuran bagi yang menentangnya.
Bukan hanya di Asia, AS juga telah menyanyikan nada tersebut di Eropa sejak bubarnya Uni Soviet dengan frasa: “utuh, bebas dan damai” – sungguh sebuah jargon yang ironis bila melihat Eropa hari ini terjajah oleh NATO.
Frasa-frasa indah Paman Sam tersebut ternyata jauh berbeda ketika dijalankan. Karena pada intinya, AS memang ingin menciptakan battlefield-battlefied bagi keamanan globalnya guna melindungi kepentingan nasionalnya. Eropa merupakan battlefield untuk menghadapi Rusia, Indo-Pasifik adalah battlefield untuk menghadapi Cina, begitu pula battlefield-battlefield lainnya di Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Selatan.
Seluruh battlefield tersebut dilengkapi dengan kodam-kodam dalam bentuk Carrier Strike Group yang tersebar di seluruh benua. AS bahkan akan membentuk Komando Indo-Pasifik sebagai pelengkap Armada VII Pasifiknya.
Jadi apa yang disampaikan oleh Austin di Singapura merupakan penegasan dari kebijakan luar negeri AS yang tidak berubah, termasuk menciptakan musuh-musuh seperti Rusia dan Cina. Rand Corporation bahkan telah mengungkapkan mengenai ancaman Rusia terhadap Eropa baru-baru ini.
Austin juga menyampaikan visi baru abad 21 tentang pencegahan terintegasi mengenai ancaman teknologi mutakhir yang mengubah wajah peperangan di masa depan.
Pencegahan terintegrasi berarti menggunakan setiap peralatan militer dan non-militer yang ada dengan cara baru seperti untuk menghadapi perang siber dan luar angkasa.
“Termasuk bekerja sama dengan mitra untuk mencegah pemaksaan dan agresi di seluruh spektrum konflik… termasuk di “zona abu-abu” di mana hak dan mata pencaharian masyarakat Asia Tenggara berada di bawah tekanan….”
“Kemitraan strategis kita dapat membawa kita semua lebih dekat kepada proyek kawsan Pasifik yang bebas dan terbuka, berdamai dengan dirinya sendiri dan dengan dunia….”
“Kami bekerja melalui aliansi lama, dan melalui kemitraan baru, dan melalui saluran regional dan multilateral—dari ASEAN hingga Quad hingga Dewan Keamanan PBB.”
“Kami tetap berkomitmen pada kewajiban perjanjian yang kami miliki kepada Jepang di Kepulauan Senkaku dan kepada Filipina di Laut Cina Selatan,” kata Austin merujuk pada klaim Beijing atas sebagian besar Laut Cina Selatan yang tidak memiliki dasar hukum internasional. (Agus Setiawan)