Puisi Wasis Zagara: Nyanyian Bisu Sang Penyambut Malam
Nyanyian Bisu Sang Penyambut Malam
Ketika malam terjatuh tepat dipelukan bulan
Aku termangu dengan kedip mataku yang kian bias
Serta, angin yang tak henti-hentinya menari dan meledekku
Sebuah tarian untuk orang yang lemah juga kalah.
Untuk kau yang bersandar di lekuk bulan
Untuk sekawanan bintang yang melantunkan doa-doa purba
Kulangitkan segala resah yang mulai rusuh
Kuhaturkan seluruh riuh yang mulai runtuh
Pada sunyi yang jadi bunyi,
Menyeruak dan mengisi setiap sudut kepala ini,
Izinkan aku menyambutmu sebagai puisi
Aku letih memeluk ketiadaan
Berbincang dengan sunyi
Bersahabat dengan kegetiran
Menyungging senyum untuk banyak orang
Namun, bersiul lirih untuk getir diri sendiri
Jiwaku telah luruh bersama lelah
Tapi ragaku ialah panji-panji baja,
Yang tak gentar digempur kesedihan
Pada kau yang kunamai semesta
Ledakan aku bersama kemenangan
Jangan selimuti aku sebagai orang yang lunglai ditelan kegetiran.
Ponorogo, 12/Des/2020
Adinda Pagi
Selamat pagi, din
Kurasa rembulan tak lupa mengecup keningmu semalam
Bekasnya masih merekah
Di seuntai senyummu pagi ini.
Aku senang melihat kali pertama kau membuka mata,
Setelah malam yang damai
Mendekap dan menjadikanmu kembali utuh
Aku senang mengamati kelopak mata itu mengepak serupa sayap pegasus
Bergelombang disemenanjung arneyva
Aku senang mendengar meletupnya harapanmu, seraya membuka jendela
Kau pun mekar terbias cahaya pagi,
Serupa lobelia bergerak manja mengikuti gerak matahari.
Selamat pagi, din
Selamat tumbuh dan mekar berkali kali
Ponorogo, 15/Des/2020
(Red)