Berita UtamaOpiniPolitikTerbaru

Catatan Peristiwa 11/9: Retorika Tanpa Bukti Presiden Bush

Catatan Peristiwa 11/9: Retorika Tanpa Bukti Presiden Bush
Catatan Peristiwa 11/9: retorika tanpa bukti Presiden Bush

NUSANTARANEWS.CO – Presiden Bush 10 hari setelah serangan 9/11, mengatakan “Mengapa mereka membenci kita? Mereka membenci apa yang mereka lihat di sini, di negara dimana pemerintah di pilih secara demokratis. Mereka membenci kebebasan kita, kebebasan beragama kita, kebebasan berbicara kita, serta kebebasan kita untuk memilih,” kata Bush dengan penuh keyakinan.

Dengan peritiwa 9/11, Amerika Serikat merespon serangan ini dengan langsung meluncurkan kebijakan Perang Melawan Teror dengan menginvasi Afghanistan untuk menghancurkan Taliban yang dianggap melindungi anggota-anggota Al-Qaeda.

Seperti diketahui bahwa Peristiwa 11 September 2001 (9/11) merupakan puncak fitnah terbesar bagi bagi umat Islam Dunia. Bahkan AS dengan tegas menuduh umat Islam sebagai biang teroris, sekaligus menjadi alasan bagi AS untuk melakukan pembatasan terhadap umat muslim.

Sementara Osama Bin Laden, pemimpin Al-Qaeda menyatakan bahwa prioritas serangan ini adalah untuk melawan orang-orang kafir. Khususnya terkait dengan apa yang dilakukan oleh Amerika dan Israel terhadap Palestina.

Baca Juga:  Pasukan Prancis Berlatih untuk Berperang dengan Rusia di Rumania

Benarkah peristiwa 11/9 merupakan serangan teroris yang merupakan bentuk manifestasi anti Amerika (Barat) dan Israel?

Bila terorisme merupakan sebuah gerakan anti barat, fakta dilapangan justru menunjukkan hal berbeda. Dengan melakukan pendekatan geografis, kita bisa melihat bahwa insiden terorisme setelah persitiwa 9/11, lebih banyak dialami oleh negara-negara muslim, bukan di negara-negara Barat. Malah sebaliknya, justru tingkat serangan terorisme sangat rendah di Barat, seperti Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa Barat, dan Australia.

Berbeda dengan kawasan kawasan Timur tengah, misal di Irak, atau Asia Selatan, Afghanistan, Pakistan, India, dan Afrika, semua adalah negara-negara muslim. Pada tahun yang sama justru tingkat serangan terorismenya sangat tinggi. Termasuk di Afrika Utara, Nigeria bagian utara. Juga Rusia bagian selatan seperti wilayah kaukus, yang berpenduduk Muslim.

Kesimpulannya, bukan di Barat yang banyak dihadapkan kepada ancaman terorisme. Hal tersebut sebagaimana yang dilaporkan oleh National Counter Terrorism Center pada tahun 2011, bahwa negara-negara muslim adalah yang paling menderita akibat serangan terorisme, antara 80% sampai 90%. Dengan 97% angka kematian terkait dengan serangan terorisme antara tahun 2005 – 2010, diseluruh dunia.

Baca Juga:  Tentang Kerancuan Produk Hukum Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden

Menarik untuk dicemati bahwa setelah invasi AS ke Irak, di mana ada kehadiran besar tentara Barat disana, pihak afiliasi al-Qaeda justru berperang dengan sesama muslim, bukannya berperang melawan pasukan Barat. Jadi retorika anti-Amerika dan Israel al-Qaeda hanya slogan-slogan saja, sedangkan korban yang paling banyak berjatuhan berada di pihak kaum Muslim bukan Barat.

Di Eropa, menurut laporan Europol ada 17 korban yang tewas pada tahun 2012. Dan kurang dari setengah dari mereka adalah hasil dari tindakan teroris oleh kelompok-kelompok yang di ilhami oleh agama. Europol mengatakan bahwa ada total 219 serangan, terutama dilakukan di Perancis dan Spanyol, tetapi serangan tersebut dilakukan oleh kelompok separatis atau F mo-nationalist group. Anehnya serangan terorisme di Eropa tersebut, tidak dicap sebagai anti-Barat.

Sementara di Amerika Serikat dan Amerika Utara menurut data statistik dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat untuk tahun 2012, tidak ada korban jiwa karena serangan terorisme anti barat.

Baca Juga:  Konsolidasi Akbar, Relawan Santri Derek Kyai Bojonegoro Bidik Menang Tebal Khofifah di Pilgub

Jadi tuduhan AS bahwa pihak Islam sebagai biang keladi teorisme anti Amerika tidaklah terbukti. Bila kita melihat para korban atau target, bahwa relatif sedikit orang Barat yang menjadi korban. Korban terbesar serangan ini adalah negara-negara muslim. Sementara sebagian besar serangan di Barat lebih terkait dengan kelompok separatis, kelompok sayap kanan, kelompok sayap kiri, tetapi bukan oleh kelompok anti-Amerika dan Israel.

Bahwa retorika terorisme anti-Amerika dan Israel, tidaklah benar. Sebab korbannya justru adalah umat muslim. Sekali lagi korbannya adalah muslim, bukan Barat. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 24