Di Jalan KH Wahid Hasyim
Jalan yang penuh air mata dengan sepotong sedih paling pualam
Memutar kembali beberapa kenangan kita yang sedang bercakap di kursi bercat merah sambil aku mengusap peluh dari keningmu sebagaimana yang pernah kita tonton bersama dalam sebuah adegan film pendek kisah pertemuan dua manusia.
Aku membawa sebuah buku dan kau yang membukanya
Kata-kata perlahan jatuh gemerincingnya sampai ke dada kita
Lantas kau membacaparagrafpertama
“cinta pada dahan kering ia gugur, pada setiap hijau ia subur”
Kita bersitatap
Mengeja aksara yang mulai lenyap.
Gapura, 2019
Membungkus Asap
Aku ingin membungkus asap dengan segala duka dan air mata di dalamnya. Gumpalan kesedihan pecah di udara dan kita adalah sepasang burung yang terluka tak ada dahan pepohonan untuk hinggap.
Aku ingin membungkus asap dengan segenap doa yang dilantunkan di musala atau langgar yang berdinding anyaman bambu agar tanggal seluruh duka di mata-ma tamereka, agar gugur air mata menyemai gelak tawa.
Aku ingin membungkus asap dengan segala yang terjadi di masa lampau.
Gapura, 2019
Penulis: Ahmad Zubaidi