NUSANTARANEWS.CO, Bogor – Plt Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Momon Rusmono menyampaikan bahwa, biodiesel ramah lingkungan berbahan baku 100 persen minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) atau B100 bisa menjadi bahan bakar masa depan.
Rusmono juga mengatakan bahwa B100 bisa menjadi bentuk komitmen ketahanan energi bangsa Indonesia yang mana terus digaungkan Kementerian Pertanian.
“Tidak berlebihan memang menjadikan B100 sebagai bahan bakar masa depan, baik skala nasional maupun dunia,” kata Rusmono seperti dikutip dari keterangan resmi Kementan, Sabtu (6/7/2019).
Pasalnya, kata dia, seiring perkembangan penduduk yang membutuhkan mobilitas, kebutuhan akan bahan bakar semakin meningkat. Namun, bahan bakar fosil semakin berkurang dan harga terus naik.
Disisi lain, sambungnya, Indonesia memiliki potensi produksi CPO sekaligus eksportir terbesar di dunia. Dengan lahan seluas 14,03 juta ha, pada tahun 2018 tingkat produksi minyak kelapa sawit a berkisar 41,67 juta ton. Melihat hal tersebut Indonesia mempunyai peluang untuk memanfaatkan CPO sebagai energi alternatif bahan bakar fosil, khususnya untuk solar berupa biodiesel.
“Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian telah berhasil menciptakan satu inovasi yaitu bahan bakar alternatif Biodiesel B-100 yang dihasilkan dari bahan alami terbarukan seperti minyak nabati dan hewani,” ungkapnya.
Rusmono menambahkan, Kementan melakukan lompatan besar dalam inovasi biodiesel yang selama ini menggunakan campuran bahan bakar minyak bumi, atau dikenal dengan sebutan B20, B30 dan sebagainya.
“Tetapi B100 ini mengandung 100 persen bahan alami tanpa dicampur dengan bahan bakar fosil,” tandasnya.
Tenaga Ahli Menteri Bidang Infrastruktur dan Sarana Pertanian, Sam Herodian menambahkan, untuk produksi energi baru terbarukan, CPO merupakan bahan baku yang paling siap.
“Sawit punya kandungan minyak mencapai 4000 kg/ha per tahun. Tanaman ini juga menjadi paling efisien untuk dijadikan minyak nabati/biodiesel,” tuturnya.
Selama ini, kata dia, produksi CPO memang masuk pada pasar ekspor. Namun beberapa tahun terakhir, produksi CPO Indonesia diserang dengan black campaign, sehingga mengalami penurunan ekspor. Karenanya, B100 jadi pijakan nasional untuk mengolah CPO menjadi energi terbarukan dan alternatif pemanfaatannya.
“Kita ekspor CPO ke 147 negara. Bayangkan kalau kita stop ekspor, dipastikan kelimpungan dan industrinya mati. Kita sebenarnya punya cara untuk mengendalikan dunia lewat CPO,” tegasnya. (red/nn)
Editor: Achmad S.