Politik

Guru Besar UI Sebut Orang Indonesia Pintar dan Terpelajar Tapi Gampang Dibeli

guru besar ui, orang indonesia, pintar, terpelajar, nusantaranews
Guru Besar UI Prof Sri Edi Swasono mengatakan rakyat Indonesia tergolong orang-orang pintar dan terpelajar tetapi moral bangsa Indonesia gampang dibeli, pada kesempatan diskusi bertajuk Keruntuhan Reformasi, Penyelewengan Konstitusi dan Pembajakan Kedaulatan Rakyat di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (19/5/2019). (Foto: Romandhon/NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Guru Besar UI Prof Sri Edi Swasono mengatakan rakyat Indonesia tergolong orang-orang pintar dan terpelajar tetapi moral bangsa Indonesia gampang dibeli. Prof Edi mengatakan saat ini masyarakat Indonesia telah kehilangan daulatnya.

“Kita ini termasuk orang pintar, orang terpelajar, tapi rakyat kedaulatannya tidak ada,” kata Prof Sri Edi Swasono pada kesempatan diskusi bertajuk Keruntuhan Reformasi, Penyelewengan Konstitusi dan Pembajakan Kedaulatan Rakyat di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (19/5/2019).

Dirinya lantas mencontohkan dengan uang Rp 50 ribu, seseorang bisa begitu mudah berganti pilihan. Itulah mengapa dirinya menyebut suara rakyat Indonesia tak ubahnya suara uang receh.

“Kalau kita ngomong vox populi vox die, saya nulis di Kompas yang terjadi adalah vox populi vox argentum atau uang receh. Jadi suara rakyat suara uang receh,” ujarnya.

Dirinya mengaku pernah turun ke berbagai tempat di akar rumput. Bersama dengan sejumlah asistennya, ia mencoba mendorong masyarakat agar yang dikasih duit Rp 50 ribu, disarankan minta Rp 100 ribu atau lebih. Dan bahkan menerima semua orang yang memberinya, dengan catatan, nanti pas pencoblosan memilih sesuai hati nurani.

Baca Juga:  Pemkab Nunukan Gelar Doa Bersama Untuk Pilkada 2024

“Ternyata nggak bisa. Begitu dikasih uang, (si orang tersebut) merasa hutang budi. Jadi bangsa yang gampang dibeli. Sampai jadi pemerintah, kita utang budi dan gampang dibeli,” tegasnya.

“Maaf saya terpaksa mengatakan ini, karena yang terjadi juga kaya teman-teman kita barangkali yang sudah jadi doktor saya nggak sebut nama, itu dikasih jabatan komisaris diem. Sampai saya heran, apa yang terjadi,” tandasnya.

Pewarta: Romadhon
Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,050