Kolom

Pilpres 2019 Tidak Ada Gunanya (2)

calon presiden, capres, calon wakil presiden, cawapres, pilpres 2019, figur capres, figur cawapres, kandidat capres, kandidat cawapres, nusantaranews
(Foto: Ilustrasi/NUSANTARANEWS.CO)

Jutaan Cina RRC dimasukkan sebagai TKA untuk menggusur Pribumi dari pekerjaannya. Indikasinya pun kuat para TKA Cina itu adalah Tentara Merah. Umat Islam dibenturkan satu sama lain. Juga dengan mereka yang Non-Muslim. Komunis dan PKI dibangkitkan. Belum lagi ekonomi, sosial, politik dan pertahanan/keamanan dibikin berantakan.

Baca Juga: Pilpres 2019 Tidak Ada Gunanya (1)

Segala bukti sudah menjadi pengetahuan umum masyarakat, bahkan masyarakat luar negeri. Dan untuk menyelesaikan itu semua, yaitu penguasaan Kedaulatan RI di bawah telapak kaki Asing, Joko ingin menambah satu periode lagi. Inilah yang harus dicegah!

Tetapi itu bukan satu-satunya alasan untuk menyelamatkan NKRI. NKRI tidak sekedar butuh penyelamatan, tetapi juga dalam rangka perubahan mencapai masyarakat adil dan makmur sejahtera abadi, lahir dan batin, sejajar dan terhormat di antara bangsa-bangsa di dunia.

Baca Juga: Baik Barat Atau Cina, Keduanya Disebut Sama Sama Nginjek Leher

Untuk itu, kita perlu membicarakan waktu-waktu sebelumnya, antara lain, semasa SBY. Kerusakan Indonesia semakin meningkat di masa SBY, sekalipun sudah diawali oleh Soeharto sendiri. Beda dari Soeharto, SBY membawa konsep Barat. Yaitu, bahwa Indonesia akan menjadi negara hebat kalau negaranya ditata seperti di Barat, dengan kapitalisme, liberalisme dan individualismenya.

Baca Juga:  Diserang Civitas Akademisi Lewat Petisi, Golkar Sebut Presiden Jokowi Terbuka Kritik

Karena itu, SBY mendukung Amandemen UUD 45 yang arahnya sama. Apalagi di belakang Amandemen itu adalah pihak Barat. Dan Mafia Cina! Mereka bekerjasama dengan Amien Rais dan para Ketua MPR.

Para Mafia Cina dengan dukungan kuat para Taipan itulah yang menyiapkan invasi RRC ke Indonesia. Sedang Jokowi mempunyai pikiran agak berbeda dari SBY, sekalipun sama-sama memanfaatkan Amandemen UUD 1945. Yaitu, bahwa Indonesia akan mencapai kejayaannya sebagai Negara besar apabila menggunakan cara pembangunan model RRC.

RRC yang sekarang bukan saja Komunis, tetapi juga sekaligus Kapitalis dan Liberalis. Seperti kebanyakan Negara Barat, pada masa lalu, RRC yang sekarang sebagai super power juga melancarkan politik Expansionistik melalui inisiatif One Belt One Road-nya.

Tidak diragukan lagi, Joko dengan segala caranya mau memenangkan Pilpres 2019. Paslon Batal 1999 Habibie-Wiranto sudah mengisyaratkan demikian. Dalam keyakinan mereka, Bowo-Sandi akan dilumat olek Aksi Jokowi “Menuju Cahaya Terang”, katanya.

Apalagi mengingat Bowo-Sandi tidak lengang dari kelemahan-kelemahan struktural dalam diri mereka sendiri. Keduanya bukan Calon yang kuat. Bukan pula calon yang berkwalitas. Mereka tidak pernah berprestasi. Bahkan banyak prestasi negatifnya. Tidak lebih baik dari pada Habibie, SBY dan Jokowi.

Baca Juga:  Jokowi Tunjuk Adhi Karyono Pj Gubernur Jatim, Gus Fawait: Birokrat Cerdas Dan Berpengalaman

Satu-satunya yang diandalkan masyarakat pemilih adalah: TIDAK ADA PILIHAN LAIN. Bahkan para pendukung Bowo-Sandi itu berani mengatakan: “Kalau pilihan kami salah, kita tumbangkan mereka…” Lho, Rakyat Indonesia ini mau menyelamatkan Bangsa dan Negara, serta mencapai cita-cita Proklamasi. Bukan untuk main coblos-coblosan! Sama saja dengan mengulang kembali Pilpres 98 yang mubazir!

Ternyata mereka memilih karena terpaksa! Rakyat Indonesia dipaksa memilih satu di antara dua. Lihatlah ada belasan calon-calon presiden dalam Pilpres Perancis yang lalu. Ada belasan pula calon presiden dari AS sekalipun hanya dari dua partai yang berkesempatan besar. Ada 21 calon presiden di Republik Demokratik Kongo. Kenapa Indonesia yang Merdeka dan Berdaulat penuh dengan jutaan cerdik-pandai hanya punya dua Pasangan Calon Gombal?

Keterpaksaan yang membelenggu Rakyat Indonesia itu adalah juga bagian dari rekayasa Barat-RRC-Amien serta SBY dan Jokowi. Di luar upaya penghancuran UUD 1945 Asli pada pasal-pasal Amandemen lainnya, bacalah Pasal 6A ayat (2): “Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum”.

Lalu SBY menambahkan perlunya threshold … dan Jokowi menambahkan Threshold 20% kursi di DPR. Lalu Rakyat Indonesia Pejuang Nusantara yang Gagah Berani itu tiba-tiba bertekuk lutut setuju untuk memilih Comro atau Misro mengabaikan kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih nikmat, sehat dan mengenyangkan. Kenapa PKS, PD, PAN Golkar dan lain-lain, serta ICMI, ISEI, PII, LIPI, YLBHI dan lain-lain tidak bisa mencalonkan?

Baca Juga:  Polres Sumenep Gelar Razia Penyakit Masyarakat di Cafe, 5 Perempuan Diamankan

Siapa pun tahu, Bowo adalah tentara yang ilmunya berperang tapi kalah perang, tidak berprestasi, dihukum karena melanggar disiplin tentara dan tidak beda dari Wiranto, Hendro, SBY dan lain-lain. Dan Sandi yang masih imut-imut, Kapitalis muda yang bersobat-kental dengan para Taipan, Wakil Gubernur yang disersi dan kalaulah mereka dipuja-puji setinggi langit, itu karena tidak ada pilihan lain.

Nyaris menjadi sebuah upaya pengkultusan, yang membikin kita terlena menyebut Kebesaran Allah Swt. Kami tidak bermaksud menyerang pribadi mereka, tapi demi cita-cita untuk menyelamatkan NKRI dan mencapai cita-cita Kemerdekaan yang sudah terkoyak-koyak selama lebih dari 50 tahun, kami harus mengatakan apa adanya!

Jangan sampai kita terperosok lagi seperti pada duet Soeharto-Habibie yang mubazir. Mari kita Gelar SI-MPR sebelum April 2019!

*Sri Bintang Pamungkas, Penulis adalah Aktivis Senior.

Related Posts

1 of 3,154