Mancanegara

Senjata Terbaru Rusia Rampung, Putin: Ini Rudal Kebal terhadap Pertahanan Amerika

Prototipe rudal hipersonik X-51A Waverider. (FOTO: Dok. Engadget)
Prototipe rudal hipersonik X-51A Waverider. (FOTO: Dok. Engadget)

NUSANTARANEWS.CO, Rusia – Rudal hipersonik Avangard produk Rusia telah rampung dikerjakan. Rudal dengan sistem hipersonik adalah rudal terbaru Rusia yang disebut-sebut ‘kebal’ terhadap pertahanan Amerika Serikat.

Rudal ini pun telah selesai dilakukan uji coba di pangkalan udara militer Dombarovsky dan dinyatakan siap untuk dikerahkan tahun 2019 mendatang.

Baca Juga:

Dikutip dari laporan kantor berita CNN, Jumat (28/12/2018),Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa, Rusia adalah negara pertama yang memiliki jenis senjata strategis terbaru ini. “Senjata ini akan dapat diandalkan untuk keamanan negara dan rakyat untuk beberapa dekade mendatang,” kata Putin.

Media lokal Rusia, Tass menyebutkan bahwa Rudal hipersonik Avangard tersebut merupakan hadiah tahun baru bagi negeri beruang itu. “Ini adalah hadiah yang luar biasa bagi negara untuk tahun baru,” tulis Tass.

Baca Juga:  Artileri Berat Korea Utara Dalam Dinas Rusia Dikonfirmasi

Disebutkan pula bahwa, Avangard memiliki jangkauan antarbenua dan kemampuan terbang secepat Mach 20, lebih dari 15.000 mil per jam. Saat mendekati targetnya, rudal dengan hulu ledak yang dapat bermanuver tersebut dapat menyesuaikan arah dan ketinggian untuk menghindari pertahanan dan terbang cukup rendah untuk menghindari sebagian besar senjata penangkal (interseptor). “Secara praktis, senjata ini akan kebal (terhadap penangkal rudal),” kata Putin.

Perihal rudal Rusia yang disebut kebal terhadap pertahanan AS, hingga berita ini diturunkan, Gedung Putih belum memberikan tanggapan.

Kendati demikian seorang analis cum pengamat dari GlobalSecurity.org, Joseph Trevithick, mengingatkan jika kebanggaan Rusia akan kemampuan militer baru seringkali tidak sesuai dengan kenyataan. “Pendanaan terbatas dan sumber daya industri pertahanan lainnya juga mengancam berbagai upaya modernisasi militer strategis dan non-strategis Rusia lainnya,” katanya.

“Masih harus dilihat seberapa cepat dan sejauh mana Kremlin dapat benar-benar mendapatkan senjata hipersonik barunya,” imbuh Joseph.

Terpisah, Kepala bintang empat Komando Strategis Amerika Serikat, Jenderal John Hyten menyatakan bahwa bahwa generasi satelit dan radar pendeteksi rudal AS saat ini tidak akan mampu melacak senjata seperti Avangard. Seolah Jenderal John enggan mengiyakan terkait pengembangan Rudal hipersonik sebagai langkah Rusia untuk berlomba dengan Amerika dalam bidang pertahanan.

Baca Juga:  Maroko Nyatakan Tidak Peduli atas Putusan Pengadilan Eropa terkait Perjanjian Pertanian dan Perikanan

“Kita akan membutuhkan serangkaian sensor yang berbeda untuk memantau ancaman hipersonik,” kata Hyten.

Diketahui, ternyata Rusia bukanlah satu-satunya pengembang senjata hipersonik. Amerika Serikat dan Cina juga tengah mengembangkan jenis senjata yang sama. Angkatan Udara AS awal tahun ini memberikan kontrak senilai USD 928 juta (Rp13,4 triliun) kepada Lockheed Martin untuk mengembangkan rudal hipersonik.

Sebagimana yang dinyatakan Wakil Menteri Pertahanan AS untuk Riset dan Teknik Michael D. Griffin bahwa, teknologi senjata hipersonik akan bisa diterapkan Amerika Serikat pada pertengahan dekade berikutnya.

Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,151