NUSANTARANEWS.CO – Cina kembali dibuat marah oleh Amerika Serikat (AS). Sebab, sudah untuk yang ketiga sepanjang tahun ini, dua kapal angkatan laut AS berlayar lagi di selat Taiwan, pada Rabu (28/11/2018).
Persis seperti yang dilaporkan Kementerian Pertahanan Taiwan bahwa, ada dua kapal –satu kapal perang dan satu kapal logistik– yang berlayar melalui perairan internasional, dan menyatakan bahwa Taiwan memiliki postur kekuatan pertahanan teritorial maritim dan udara yang memadai.
Baca Juga:
- Dua Kapal Perang AS Berlayar di Selat Taiwan, Cina Peringatkan AS Hindari Provokasi
- Kapal Induk Liaoning Milik Cina Rutin Berlayar di Selat Taiwan
- Tingkatkan Keamanan, Taiwan Tidak Akan Tunduk Pada Penindasan Cina
Dalam pada itu, juru bicara US Pasific Fleet, Letnan Rachel McMarr, menegaskan bahwa keberadaan kapal perusak USS Stockdale dan kapal pengangkut USNS Pecos di selat Taiwan tersebut merupakan aktivitas transit rutin. Keberadaan dua kapal itu, lanjutnya, mendemonstrasikan komitmen AS pada “kebebasan dan keterbukaan Indo-Pasifik”.
“Tentara AS akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di manapun hukum internasional mengizinkan,” kata McMarr.
Dikutip dari AFP, pernyataan resmi AS menyebutkan bahwa kapal Cina telah menunjukan keberadaannya di selat Taiwan. Meski begitu diterangkan interaksi kedua pihak berlangsung “aman” dan “profesional”.
Sebelum kejadian ini, dua kapal angkatan laut AS, USS Curtis Wilbur dan USS Antietam, sudah melintasi selat Taiwan pada 22 Oktober. Penjelasan yang dikeluarkan AS saat itu juga sama, yaitu transit rutin.
AFP juga melaporkan, Beijing protes atas keberadaan dua kapal itu. Langkah itu dianggap penghinaan pada kedaulatan Cina. Upaya pertunjukan militer ini diduga disulut ketegangan antara AS dan China. Washington merupakan sekutu tidak resmi paling kuat Taiwan sekaligus menjadi pemasok senjata utama walau AS telah mengalihkan pengakuan diplomatik ke Beijing pada 1979. Cina tetap menganggap Taiwan adalah wilayah yang akan disatukan kembali. Keduanya resmi secara hukum terpisah sejak akhir perang sipil yang terjadi pada 1949.
Sementara itu, dalam konfirmasinya, seperti dilaporkan South China Morning Post, Letnan Kolonel Christopher Logan dari Pentagon mengatakan, perlintasan kapal perang AS tersebut yakni USS Stockdale, kapal penghancur dan USNS Pecos, kapal pengisi ulang BBM sekadar melaksanakan transit rutin di Selat Taiwan dan tidak melanggar hukum internasional.
“Perlintasan Kapal AS melalui Selat Taiwan mendemonstrasikan komitmen AS untuk mewujudkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Angkatan Laut AS akan terus mengudara, berlayar, dan beroperasi di mana hukum Internasional mengizinkan,” ungkapnya melalui email, Kamis (29/11/2018).
Ini adalah kali ketiga Kapal AS menunjukkan dukungan pada Taiwan tahun ini, yang sebelumnya pernah dilakukan pada bulan Juli dan Oktober. Beijing mengklaim Taiwan adalah salah satu provinsi dari kedaulatannya secara paksa, dan akan menggunakan kekuatan militer jika diperlukan.
Perlintasan ini terjadi hanya beberapa hari setelah Partai Progresif Demokratik mengalami kekalahan memalukan dalam pemilu. Partai oposisi Kuomintan (KMT) memenangkan pemilu yang membuat surat kabar milik Pemerintah China, China Daily, mendeklarasikan hasil pemilu dan menolak sikap separatis Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.
Sedang Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Menteri Pertahanan AS James Mattis, melakukan pembicaraan untuk mendukung Taiwan. Diplomat papan atas China Yang Jiechi memperingatkan AS, “Penggunaan kekuatan militer untuk memerdekakan Taiwan dan aktivitas separatis mereka adalah ancaman terbesar yang mengganggu stabilitas dan perdamaian di Selat Taiwan.”
Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.