NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pernyataan Penasihat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amein Rais perihal hendak menjewer Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir apabila membebaskan warga Muhammadiyah memilih dalam Pemilu Presiden 2019 mendatang. menimbulkan reaksi dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
Menurut Ketua DPP IMM Najih Prasetyo, pernyataan Amien Rais bertentangan dengan semangat khittah yang sudah digagas dalam Muktamar Muhammadiyah tahun 1971 di Makassar. Khittah yang dimaksud, kata Najih, adalah organisasi Islam tersebut tidak terikat dan menjaga jarak yang sama dengan semua partai politik.
Baca Juga:
- Dianugerahi Muhammadiyah Award, JK Sebut Ungkap Sumbangsih Muhammadiyah untuk Negeri
- Muhammadiyah: Menggelorakan Ta’awun untuk Negeri Berarti Menyuarakan Pesan Keruhanian Islam
- JK: Semua Sedih Melihat Keadaan Negara-Negara Islam Dewasa Ini
“Sikap tersebut, kemudian ditetapkan lagi pada Tanwir Muhammadiyah 2002 di Denpasar. Dalam forum itu ditegaskan bahwa Muhammadiyah berbeda dengan partai politik,” kata Najih melalui keterangan resmi kepada media, Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Pada khittpah Denpasar, lanjutnya, juga ditegaskan kalau ada hal-hal yang genting, di antaranya Muhammadiyah menjalankan peran sebagai interest groups, kelompok kepentingan, atau menyampaikan opini, atau mendesakkan sikap.
“Di dalam khittah Muhammadiyah, tidak ada anjuran harus melakukan penyeragaman pilihan politik dalam perhelatan pilpres. Sebab, jika sampai fatwa dikeluarkan, dikhawatirkan Muhammadiyah akan terseret ke dalam pusaran politik praktis yang kontraproduktif bagi Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah,” kata Najih
Najih pun mempertanyakan apa bedanya Muhammadiyah dengan tim sukses jika dukung mendukung dilakukan. “Sekali lagi, Muhammadiyah adalah rumah bersama bagi seluruh elemen bangsa. Oleh Karena itu, DPP IMM mendukung sikap Ayahanda Ketua Umum yang menjaga netralitas Muhammadiyah dan tetap berada di tengah sebagai ummatan wasathon (tengahan), yaitu dengan tidak memberi dukungan kepada salah satu capres,” jelasnya.
Diakhir pernyataanya, Najih meyakini, siapa pun yang akan terpilih menjadi presiden, Muhammadiyah tetap akan menjadi mitra kritis pemerintah.
Seperti diketahui, Amien Rais sempat menyatakan akan menjewer Haedar Nashir jika organisasinya tidak bersikap pada Pemilihan Presiden 2019. “Di tahun politik, tidak boleh seorang Haedar Nashir memilih menyerahkan ke kader untuk menentukan sikapnya di pilres. Kalau sampai seperti itu, akan saya jewer,” ujar Amien, di sela Tablig Akbar dan Resepsi Milad ke-106 Masehi Muhammadiyah di Islamic Center Surabaya, Selasa kemarin.
Amien menegaskan, bukan merupakan fatwa jika pimpinan menyerahkan sendiri-sendiri ke kader kepada siapa suaranya akan diberikan, sehingga dibutuhkan ketegasan demi terwujud pemimpin yang sesuai harapan. PP Muhammadiyah, sambungnya, tidak boleh diam saja atau tidak jelas sikapnya untuk menentukan pemimpin bangsa ini pada periode 2019-2024.
“Sekali lagi, kalau sampai itu dilakukan, maka akan saya jewer. Pemilihan presiden ini menentukan satu kursi dan jangan sampai bilang terserah,” kata Amien.
Mantan Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional itu, juga meminta Muhammadiyah menentukan sikap secara organisasi, selanjutnya disampaikan kepada umat sehingga pada 17 April 2019 sudah tidak terjadi perdebatan memilih. “Pilih pemimpin yang beriman, diyakini dan tidak diragukan keislamannya. Tanpa harus saya sebut nama, pasti Muhammadiyah sudah tahu,” tegas Ketua MPR RI periode 1999-2004 itu.
Pewarta: Roby Nirarta
Editor: M. Yahya Suprabana