Terbaru

90 Ilmuan Kompak Ingatkan Ancaman Serius Samudra Arktik

NUSANTARANEWS.CO – Lautan es di Samudra Arktik diperkirakan akan mencair pada tahun 2040 mendatang. Menurut sebuah laporan, sudah lebih dari 90 ilmuan telah memperingatkan terkait ancaman tersebut.

Dilansir Independent, laporan terbaru datang dari Program Pemantauan dan Penilaian Arktik. Laporan yang ditulis sebanyak 90 ilmuan itu menemukan bahwa proyeksi mencairnya Laut Arktik telah diabaikan, padahal wilayah tersebut telah mengalami pemanasan sebanyak dua kali lebih cepat dari seluruh dunia dalam 50 tahun terakhir.

Laporan tersebut juga menemukan bahwa sampul salju di wilayah Arktik mengalami penurunan yang signifikan. Mereka mencatat, dalam beberapa tahun terakhir, area salju di Arktik biasanya sekitar 50 persen di bawah nilai yang diamati sebelum tahun 2000.

“Lautan Arktik sebagian besar dari es di musim panas pada awal tahun 2030-an, hanya berselang duan dekade dari sekarang,” lapor mereka.

“Baru-baru ini, diungkapkan mengenai proses lelehan yang mempengaruhi gletser Arktik dan Antartika, lapisan es menunjukkan bahwa proyeksi kenaikan permukaan laut global yang dibuat oleh Panel antar-pemerintah terkait dengan perubahan iklim yang tidak diperhatikan secara serius,” ucap mereka.

Baca Juga:  Hut Ke 78, TNI AU Gelar Baksos dan Donor Darah

Fakta ini juga sekaligus memperingatkan bahwa ekosistem di Arktik semakin terancam. Dan beberapa jenis spesies endemik di wilayah ini seperti beruang kutub, anjing laut, walrus dan ganggans es sudah berada di ambang kepunahan.

Untuk itu, mereka mengatakan bahwa upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dapat memberikan dampak perubahan iklim di Arktik dan belahan dunia lainnya.

Temuan baru tersebut terjadi setelah National Snow and Ice Center melaporkan pada bulan Maret 2017 bahwa es laut Arktik adalah yang terendah yang pernah ada pada bulan Maret sejak satelit mulai merekam es laut 38 tahun silam.

Sementara NASA mencatat bahwa kehilangan es di Kutub Utara rata-rata 8.300 mil persegi per tahun antara tahun 1976 dan 1996, dibandingkan dengan 19.500 mil persegi per tahun antara tahun 1996 dan 2013, yang menunjukkan bahwa ia memiliki lebih dari dua kali lipat pada periode tersebut.

Kehilangan es yang cepat di Arktik ini memberi kontribusi tidak hanya pada kenaikan permukaan air laut, namun juga mengurangi sifat-sifat es laut yang mencerminkan radiasi matahari kembali ke angkasa daripada menyerapnya seperti laut, berkontribusi bahkan pada pemanasan global.

Baca Juga:  Pengangguran Terbuka di Sumenep Merosot, Kepemimpinan Bupati Fauzi Wongsojudo Berbuah Sukses

Pewarta: Eriec Dieda
Editor: Romandhon

Related Posts

No Content Available