Ekonomi

80 Persen Masyarakat Indonesia Mulai Tinggalkan Transaksi Tunai

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sebanyak 80 persen masyarakat Indonesia sudah mulai meninggalkan pembayaran tunai dan beralih ke pembayaran elektronik menggunakan kartu debit, kartu kredit, maupun uang elektronik.

Hal itu seperti disampaikan Presiden Direktur Visa Worldwide Indonesia, Harianto Gunawan dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Rabu (30/8/2017).

Menurutnya, masyarakat mulai beralih lantaran pembayaran nontunai lebih mudah dan lebih aman dibanding jika menggunakan uang tunai. “Masalah keamanan merupakan salah satu penyebab masyarakat berpindah ke kartu pembayaran elektronik,” kata Harianto.

Berdasarkan catatan PT Visa Worldwide Indonesia, jumlah penggunaan pembayaran elektronik tersebut meningkat dari 69 persen pada 2015 menjadi 80 persen pada tahun ini. Bahkan, sekitar 34 persen masyarakat Indonesia mulai menurunkan jumlah uang tunai yang dibawanya.

“Pasalnya, 71 persen di antaranya lebih suka menggunakan kartu pembayaran dan 59 persen merasa uang tunai tak aman lagi,” jelas Harianto.

Tercatat, jumlah masyarakat yang mengandalkan uang tunai berkurang dari 31 persen menjadi 20 persen pada 2015-2016. Adapun sekitar 53 persen responden penelitian Visa Worldwide, juga mengaku lebih banyak memiliki kartu saat ini ketimbang lima tahun lalu.

Baca Juga:  Pemkab Nunukan Gelar Konsultasi Publik Penyusunan Ranwal RKPD Kabupaten Nunukan 2025

Harianto mengungkapkan, perubahan metode pembayaran itu tak lepas dari peran teknologi, akses internet, dan pemilikan ponsel pintar (smartphone) oleh masyarakat negara-negara Asia Tenggara saat ini, termasuk Indonesia. Sebab, lanjut dia, smartphone memudahkan masyarakat untuk melakukan pembelian secara online.

“Konsumen saat ini tidak suka berlama-lama mengantri di kasir. Mereka lebih suka berbelanja dari rumah menggunakan aplikasi mobile dan barangnya diantarkan langsung ke rumah,” tutur Harianto.

Tercatat, sekitar 82 persen responden penelitian telah menggunakan smartphone untuk belanja. Adapun, 47 persen diantaranya menggunakannya setiap minggu. Sementara itu, sekitar 88 persen merupakan generasi (Gen) Y dan 73 persen Gen X.

Dijelaskan, tak hanya untuk jual beli online, sekitar 65 persen di antaranya menggunakan untuk layanan berbasis permintaan (on demand services), seperti memesan ojek, taksi, makanan secara online melalui Gojek, Uber, Grab.

Pewarta: Ricard Andhika
Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts