HankamPeristiwa

3 Alasan Utama Penyanderaan WNI Bisa Terjadi

NUSANTARANEWS.CO – Ada 3 Alasan Utama Penyanderaan WNI Bisa Terjadi. Direktur Eksekutif Indonesian Moeslim Crisis Centre (IMC2), Robi Sugara, menyampaikan bahwa setidaknya ada 3 alasan utama yang membuat penyanderaan Warga Negara Indonesia (WNI) seperti yang dilakukan oleh kelompok separatis Abu Sayyaf di wilayah perairan yang berbatasan dengan negara Philipina marak dan kembali berulang.

“Pertama rute yang ditawarkan pasca penyanderaan pertama sangat jauh dan costly alias makan biaya banyak. Jadi tidak smua kapal bisnis mematuhi. Padahal rute yang dilewati masih terbilang berbahaya. Kedua, lemahnya pertahanan laut kita dan ketiga belum efektifnya kerja sama antar ketiga negara yaitu Indonesia, Malaysia dan Philipina,” ungkapnya saat dihubungi Nusantaranews, Jakarta, Sabtu (16/7/2016).

Menurut Alumni Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta ini, Pemerintah harus lebih banyak berperan dalam proses pembebasan WNI yang tengah disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. Pasalnya, berkaca pada proses pembebasan sebelumnya, Pemerintah tidak terlalu terlihat peran sertanya.

Baca Juga:  Satgas Catur BAIS TNI dan Tim Gabungan Sukses Gagalkan Pemyelundupan Ribuan Kaleng Miras Dari Malaysia

“Proses pembebasan kemarin memang terlihat tidak terkoordinasi dengan baik. Memang kita harus melibatkan banyak pihak, tapi tidak terlihat peran Pemerintah. Siapa yang memimpin operasi pembebasan apa swasta atau Pemerintah,” ujar Robi.

Padahal, Robi mengatakan, WNI yang tengah disandera adalah para WNI yang bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) kapal. Oleh karena itu, Pemerintahlah yang seharusnya melindungi mereka. “Orang yang bekerja sebagai ABK banyak berasal dari Indonesia, itu seharusnya Pemerintah tahu dan wajib melindungi warganya yang sedang bekerja,” katanya.

Untuk itu, Robi pun mengusulkan kepada Pemerintah untuk memperkuat pertahanan negara, khususnya di wilayah perairan. Jika tidak, maka Robi mengkhawatirkan apa yang dilakukan oleb kelompok Abu Sayyaf ditiru oleh kelompok-kelompok separatis lainnya.

“Ke depan usul saya, orientasi pertahanan Indonesia harus banyak ke laut karena ada sekitat 60 persen kapal dunia yang melewati perairan Indonesia. Jadi kalau postur pertahanan di laut tidak mendapatkan perhatian yang baik, maka ancaman di wilayah laut sangat real. Bayangka jika apa yang dilakukan Abu Sayyaf menginspirasi kelompok lainnya untuk melakukan kejahatan yang sama. Ini berbahaya,” ujar pria yang juga Dosen Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UIN Syarif Hidayatullah itu.

Baca Juga:  Bencana Hidrometeorologi Incar Jawa Timur, Heri Romadhon: Masyarakat Waspadalah

Sementara itu terkait penyanderaan yang berulang, Robi menambahkan bahwa hal tersebut memang belum ada analisa mendalam. Akan tetapi, yang bisa dipastikan adalah lemahnya sistem pertahanan yang dimiliki oleh Indonesia.

“Memang belum ada analisa mendalam soal kasus penyanderaan itu, kenapa baru ramai sekarang ada penyanderaan karena sebelumnya tidak. Kalau ada peristiwa yang kemudian terjadi dua kali dalam waktu yang tidak lama, maka sudah dibuktikan bahwa pertahanan kita lemah. Karena rute yang dilewati adalah rute yang biasa dilewati oleh kapal bisnis. Ini yang jadi catatan dan pertanyaan kita,” ujarnya. (Deni)

Related Posts

1 of 3,050