Berita UtamaMancanegaraTerbaru

200 Orang Lebih Tewas dalam Kerusuhan di Afrika Selatan

 

 

200 Orang Lebih Tewas dalam Kerusuhan di Afrika Selatan/Foto: then24.com
200 orang lebih tewas dalam kerusuhan di Afrika Selatan/Foto: then24.com

NUSANTARANEWS.CO, Pretoria – 200 0rang lebih tewas dalam kerusuhan di Afrika Selatan di provinsi KwaZulu-Natal dan Gauteng,  kata Kumbudzo Ntshaveni, seorang menteri di kabinet Presiden Afrika Selatan. Ditambahkan pula bahwa sekitar 1.692 orang telah ditahan kata pejabat tersebut kepada saluran TV SABC News.

Afrika Selatan menghadapi kerusuhan skala besar yang jarang terjadi sejak berakhirnya kekuasaan apartheid minoritas kulit putih pada tahun 1994. Peristiwa politik ini juga sekaligus membuka wajah ketidaksetaraan yang mendalam di negeri itu ketika dilanda pandemi.

Kerusuhan di provinsi Gauteng dan KwaZulu-Natal meletus menyusul pemenjaraan mantan Presiden Jacob Zuma. Di mana aksi protes kemudian berubah menjadi kerusuhan dan penjarahan.

Penangkapan mantan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma bulan ini telah memicu penjarahan dan kekerasan di dua provinsi terpadat di negara itu. Presiden saat ini Cyril Ramaphosa mengatakan bahwa kerusuhan itu adalah hasil dari kampanye yang diatur untuk memulai pemberontakan melawan tatanan konstitusional Afrika Selatan.

Baca Juga:  Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi UMKM, Pemkab Sumenep Gelar Bazar Takjil Ramadan 2024

Seperti diketahui, Zuma adalah presiden Afrika Selatan dari 2009 hingga 2018, saat dugaan korupsi meningkat di pemerintahan dan Kongres Nasional Afrika yang berkuasa. Setelah dia mengundurkan diri, komisi yang dimandatkan pemerintah mulai menyelidiki beberapa tuduhan ini, tetapi Zuma berulang kali menolak untuk bersaksi, meskipun ada perintah dari Mahkamah Konstitusi Afrika Selatan.

Pada tanggal 29 Juni, pengadilan yang sama menghukum Zuma 15 bulan penjara karena menghina pengadilan, dan dia kemudian ditangkap – meski membantah melakukan kesalahan.

Protes sporadis kemudian muncul terhadap penangkapannya. Lalu dengan cepat aksi protes tersebut berubah menjadi kekerasan dan penjarahan yang lebih luas – yang sebagian besar tampaknya tidak terkait dengan motif politik.

Kerusuhan terbesar dan penjarahan juga terkonsentrasi di kota ekonomi Johannesburg dan ibu kota Pretoria. Para pengunjuk rasa dari daerah dan kota-kota miskin telah menargetkan pusat perbelanjaan, pabrik dan gudang – sebagai pelampiasan akibat kebijakan penguncian yang begitu menyengsarakan selama pandemi.

Baca Juga:  Anton Charliyan dan Ade Herdi Waketum DPD Gerindra Jabar bagikan Al Quran dan Perangkat Sholat Titipan KB Prabowo Subianto ke Pesantren

Pihak keamanan mengatakan bahwa pemerintah sedang berupaya untuk menghentikan penyebaran kekerasan dan penjarahan, yang telah menyebar dari Zuma di provinsi KwaZulu-Natal (KZN) ke kota terbesar Johannesburg dan sekitar provinsi Gauteng, dan ke kota pelabuhan Samudera Hindia Durban. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,049