Berita UtamaPolitik

19 Tahun Bertahta, Reformasi Mati Tercekik Agresi Neoliberalisme

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Juru bicara Jaringan Aktivis ’98 Lampung, Ricky Tamba menyatakan bahwa reformasi telah mati. Hal itu merujuk pada kenyataan bahwa yang ada hari ini hanyalah kebebasan yang semu.

“Reformasi telah mati, yang diwariskan tinggal kebebasan semu yang ternyata tidak mampu mengangkat hajat hidup rakyat banyak,” ujar Ricky Tamba saat dikonfirmasi Nusantaranews.co, Selasa, 12 Mei 2017.

Simak: Aktivis 98: Reformasi Telah Mati dan Negara Diambang Krisis

Era Reformasi, sejak tercetus tanggal 21 Mei 1998 lalu, telah melahirkan kebebasan. Akan tetapi gagal menuntaskan agenda perjuangan terpenting menyangkut kesejahteraan rakyat.

“Seperti penyediaan kebutuhan pokok murah maupun pemenuhan pendidikan dan kesehatan dasar bagi seluruh warga negeri ini. Selain itu, musuh utama perjuangan Gerakan Reformasi 1998 yakni korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), semakin merajalela,” ujarnya.

Telaah: Tragedi Trisakti: Reformasi Tersandera Oleh Anasir Politisi Busuk

Ricky menambahkan bahwa, matinya reformasi disebabkan oleh dua hal pokok, yakni agresi neoliberalisme dan ‘ngawurisme‘ yang menjangkiti mayoritas elite dan aktivis 1998 yang rela menjadi agen penjual bangsa.

Baca Juga:  LSN Effect di Pemilu 2024, Prabowo-Gibran dan Gerindra Jadi Jawara di Jawa Timur

“Bagaimana Indonesia akan maju kalau sumber daya potensial telah diserahkan kepada pihak asing melalui liberalisasi ekonomi-politik lewat amandemen UUD 1945 dan penerapan banyak undang-undang yang melegalisasi agresi kapitalisme internasional hingga pelosok daerah,” katanya.

Pantau: Menolak Lupa Trisakti, Aktivis Harus Luruskan Arah Reformasi

“Bagaimana reformasi mau berhasil kalau mayoritas elite dan aktivis 1998 terjangkit ‘ngawurisme’, rela menjadi agen penjual bangsa, cuek dan masa bodoh terhadap nasib mayoritas rakyat miskin, hanya memikirkan perutnya sendiri,” imbuhnya.

Karenanya, ia berharap, pemerintahan Jokowi-JK bisa lebih tegas untuk berpihak kepada kepentingan rakyat sesuai Nawacita. “Berani melawan berbagai kepentingan yang akan menghancurkan Indonesia,” tandasnya.

Telusur: Tragedi 12 Mei 1998: Tewasnya 4 Mahasiswa Trisakti

Pewarta/Editor: Achmad Sulaiman

Related Posts

1 of 8