CerpenPuisi

Urusan Perut dan Gempa Waktu – Puisi Fatah Anshori

Gelora Remaja, Srihadi Soedarsono, 280 cm x 180cm, Oil on canvas | JAVADESINDO
Gelora Remaja, Srihadi Soedarsono, 280 cm x 180cm, Oil on canvas | JAVADESINDO

Urusan Perut

Urusan perut bisa kuselesaikan dengan mudah. Pada
saat ibu di rumah. Ada aneka jenis lauk dan nasi yang masih
mengepulkan asap. Semuanya berbaris di meja dapur
seolah rakyat yang menghamba pada tuan dan
mempersilahkan tuan mengambil apapun termasuk dirinya.

Sesederhana itu urusan perut di rumahku. Pada suatu ketika
urusan perut menjadi rumit—serupa dirimu—ketika aku
berkunjung ke kota. Disana hidangan menjadi semacam
tuan dan raja-raja. Duduk manis di balik kaca, dan
memamerkan tubuhnya seolah ia gadis atau hotel-hotel
mahal yang tidak mungkin dapat ku jangkau dengan isi
dompetku.

Maka tidak salah jika disana kusaksikan banyak pertikaian
mulut akibat isi perut. Sehingga aku memilih menjadi
penonton, duduk di pinggir jalan dan melihat dirimu yang
sedang diperebutkan orang-orang yang mendahulukan
perut ketimbang urusan kepala.

Tidak ada cara lain, selain menunggu bus lintas kota
Lalu pulang ke tempat dimana ibu sedang memasak di rumah.

Lamongan, 2017

Gempa Waktu

Sehabis membaca buku seorang fisikawan
kurang terkenal, dan namanya aku lupa.

Tiga hari berjalan seperti memutar
aku menjumpai gadis dengan senyum tipis
di tepi jalan. Kemudian pria dengan bakat
marah dan otot sebesar karang sedang
meniup balon di pinggiran lampu merah.

Yang terakhir, saat balon itu terbang. Seorang
anak menangis. Gadis dengan senyum tipis
menangis di bawah gerimis. Pesan menyakitkan
darimu ku baca.

Tiba-tiba kejadian itu berulang dua tiga kali.
aku ingat itu gempa waktu, seperti kata
fisikawan itu.

Pesan itu ingin ku hapus tapi tidak bisa.
Hari berjalan lagi dan gempa waktu tinggal
di dalam diriku. Untuk merayakan rasa sakit.

Yang lebih panjang dan lengking nyaringnya.

Lamongan, 2017

Fatah Anshori
Fatah Anshori

Fatah Anshori, lahir di Lamongan, 19 Agustus 1994. Belajar menulis sejak pertengahan 2014. Novel pertamanya Ilalang di Kemarau Panjang (2015), beberapa tulisannya termuat dalam tiga buku antologi. Ia juga aktif sebagai pustakawan di Rumah Baca Aksara, yang ia dirikan bersama teman-temannya di dusun tempat ia tinggal sekarang. Beberapa cerpen dan puisinya telah dimuat di media-media online.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 114