Berita UtamaPeristiwa

Tragedi Trisakti: Reformasi Tersandera Oleh Anasir Politisi Busuk

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sembilan belas tahun lalu, tepatnya 12 Mei 1998, peristiwa besar dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia lahir. Reformasi menjadi key word lahirnya era yang disebut-sebut sebagai biang keladi tumbuh suburnya praktik korupsi.

Aksi demo besar-besaran yang menuntut Presiden Soeharto mundur berakhir dengan bentrokan mengiringi kegaduhan bangsa Indonesia kala itu. Momentum ini kerap dikenal sebagai Peritiwa Trisakti.

Sebelum Peristiwa Trisakti pecah, Mantan Aktivis 98 Yogyakarta, Zastrow El Ngatawi, menjelaskan tanggal 5 Mei sudah ada aksi besar-besaran di Yogyakarta. Kemudian tanggal 8 Mei dilanjutkan aksi dibeberapa tempat antara lain bunderan UGM, Beulevard UKDW dan beberapa kampus di Yogyakarta lainnya. Mereka berkumpul di jalan Gejayan.

Kang Zastrow sapaan Zastrow El Ngatawi mengatakan aksi demonstrasi kala itu berlangsung sampai malam hari. Dalam aksi tersebut terjadi bentrok hebat yang memakan korban jiwa. Seorang mahasiswa bernama Moses Gatot Kaca menjadi tumbal represif aparat keamanan.

“Peristiwa ini dikenal dengan Tragedi Gejayan. Mahasiswa Yogyakarta bergerak lebih awal, bukan semata-mata karena ada penembakan di Kampus Trisakti,” kata Zastrouw, Jum’at (12/5/2017).

Baca Juga:  Drone AS Tidak Berguna di Ukraina

Menurutnya, kampus Trisakti bukanlah kampus yang memulai gerakan dalam menjatuhkan Soeharto. Karena sebelumnya dibeberapa di daerah sudah melakukan aksi serupa. “Dalam momentum Reformasi, Trisakti itu hanya jadi trigger atau peletup momentum aja,” ujar dia.

Mantan Ketua Lesbumi NU itu berpesan agar para aktivis terus bersikap kritis terhadap jalannya pemerintahan dan elit politik. Karena menurutnya, reformasi ternyata belum bisa bersih dari anasir politisi busuk dan pejabat korup.

“Perlu ada format dan politik gerakan yang lebih efektif dan kompatible dengan realitas politik. Turun ke jalan bukan pilihan gerakan yang efektif,” pungkasnya.

Sebagai informasi, ada empat mahasiswa tewas tertembak dalam Tragedi 98. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana (jurusan Arsitektur angkatan 1996), Hafidin Royan (jurusan Teknik Sipil anggkatan 1996), Hendriawan (jurusan Manajemen angkatan 1996) dan Heri Hartanto (jurusan Teknik Mesin angkatan 1996).

Reporter: Ucok Al Ayubbi
Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 9