PolitikTerbaru

Tensi Tinggi Gelanggang Pertarungan Pilgub DKI Jakarta

NUSANTARANEWS.CO – Debat Pilgub DKI Jakarta jilid II telah usai, namun riak-riak perseteruan antarkandidat dalam debat Jum’at (27/1/2017) malam lalu terus menjadi bola liar. Intrik dan dukungan sesama pendukung masing-masing kandidat sukses menggaduhkan ruang lini masa.

Ragam meme dan nyinyiran menyeruak pasca debat Pilgub DKI jilid II berlangsung. Namun bukan itu yang menjadi entitas penting dalam gelanggang pertarungan menuju kursi DKI 1. Tak lain adalah soal gagasan dan program.

Dengan kata lain, gagasan dan program pasangan calon (paslon) dalam konteks ini akan menjadi penentu aral nasib masing-masing kandidat. Apalagi, perhelatan pesta demokrasi untuk warga DKI tinggal hitungan minggu. Tentu gesekan demi gesekan satu sama lain antarpaslon akan mencapai titik kulminasi.

Sinyal kian memanasnya pertarungan Pilgub DKI kali ini sangat kentara dalam debat yang berlangsung Hotel Bidakara tempo hari. Dimana retorika yang bertendensi menyerang saling ditunjukkan oleh ketiga paslon.

Misalnya paslon Ahok-Djarot yang diserang oleh Anies-Sandi melalui data tentang peringkat Provinsi DKI Jakarta yang berada diurutan 16 dari seluruh provinsi nasional. Enggan mendapat cercaan, Ahok pun menyodorkan data mengejutkan terkait hasil capaian yang diperoleh Anies Baswedan selama ‘magang’ di Kabinet Kerja Jokowi-JK.

Baca Juga:  Ketum Gernas GNPP Prabowo Gibran, Anton Charliyan berbaur dalam Acara Kampanye Akbar di GBK Senayan

Begitu pula dengan insiden Sylviana Murni yang kehabisan waktu saat hendak bertanya kepada Anies Baswdean menjadi ‘cibiran’ banyak pihak. Bahkan pasangan dari Ahok yakni Djarot Saiful Hidayat menuding jika Sylvi gagal memancing Anies untuk kritik Ahok. Peristiwa kehabisan waktu untuk bertanya dimanfaatkan untuk saling lempar intrik.

Skuel singkat pada debat Pilgub jilid II ini adalah contoh kecil bagaimana kontalasi jelang pesta demokrasi Februari mendatang sesungguhnya tengah dimulai. Masing-masing paslon sudah saling terbuka dalam mengkritisi gagasan dan program yang ditawarkan ke publik.

Sebagaimana paslon Agus Harimurti yang mendakwa kebijakan pecat-memecat Ahok sebagai tindakan yang hanya akan berdampak kurang baik terhadap kultur di masyarakat. Baginya memadukan demokrasi yang kapabel, akuntabel, dan responsible perlu dilakukan. Sehingga bisa terhindar dari kultur serba takut dan merasa terancam. Karena menurut Agus itu bisa menurunkan semangat bekerja. Entahlah! (Romandhon)

Related Posts

1 of 456