Puisi

Telaga Makrifat dan Bisik Dari Langit – Puisi Anam Khoirul Anam

BISIK DARI LANGIT

KALAU kau mengerjap mata, lihatlah betapa luas alam semesta
ampas takkan terbang ke singgasana langit sebelum mewujud atom
sebongkah emas akan kurang nilainya bila masih bercampur lumpur

Dengarlah bagaimana bisik lirih nan liris datang dari langit
denting suara itu memanggil agar kau bangkit dari lumpur
sayangnya, hasrat dunia telah menulikan telinga dan butakan matamu

Air dan lumpur dapat dipisah bila mengendap sekian lama
bagaimana air akan jernih bila kenaifan tak henti mengaduk?
air keruh hanya menampakkan kilas bayang gelap dan buram

Yogyakarta, 15 Juni 2015

SEPI YANG MENJALARI TUBUH RENTA

BEGITU banyak sepi menjalar di sekujur tubuh kian renta,
lewat rongga telinga, satu denting suara begitu mengusik pikiran
kata-kata lenyap dari mulut, hampa menjadi-jadi di depan mata

Segalanya tiada arti, terlebih hati yang tak searah ego
apa yang didapat dari lesat anak panah sedemikian cepat,
apa yang didapat dari bujur tubuh tanpa gerak—kata?

Mari diam! Bila perlu tanpa isyarat sebagai ganti bahasa
bukankah kata tanpa daya guna hanyalah asap atas api?
barangkali di kejernihan batin akan didapat segala jawaban bijaksana.

Yogyakarta, 12 September 2015

TELAGA MAKRIFAT

BILA yang tersembunyi menyembul dari dada, akal terang bercahaya
bila ia mengalir, biji makrifat tumbuh subur di dalamnya
raihlah buah hakikat, semesta terbuka, kecuali bagi si buta

Kedalaman telaga tak bisa diukur hanya dengan penglihatan kasar
makrifat akan mengantar mata sampai ke ceruk dasar telaga
ada kala keyakinan butuh bukti, namun tak harus tampak

Bila yang tersembunyi terbuka dalam dada, mewangi semesta akal
namun bila segumpal darah telah membusuk, tentu membusuklah segala
raihlah buah hakikat, semesta terbuka, kecuali bagi si buta

Yogyakarta, 08 Juni 2015

*Anam Khoirul Anam: Novelis sekaligus penyair kelahiran Ngawi, 26 Juni ini sangat gemar membuat puisi-puisi bermadzabkan puitik-romantik. Karya-karyanya telah dipublikasikan di berbagai media massa lokal maupun nasional. Menjadi juara III pada lomba puisi se-UIN Sunan Kalijaga Yogykarta. Puisinya juga masuk dalam antologi Puisi 142 Penyair Nusantara Menuju Bulan, serta tergabung dalam antologi karya Selaksa Makna Cinta (Pustaka Puitika: 2010). Karya novelnya berjudul: Dzikir-dzikir Cinta (Pustaka Puitika: 2013), dan telah diterjemahkan dalam bahasa Melayu (PTS Litera Utama Sdn. Bhd: 2008), Cinta dari Surga (CMG: 2009) Elegi dan Romansa (Pustaka Puitika: 2012). Beberapa antologi puisinya: Risalah Hati (Pustaka Puitika: 2009), Mistikus Cinta (Pustaka Puitika: 2010), Isyarah Qalbu (Pustaka Puitika: 2011), Mukadimah (Pustaka Puitika: 2011), Kasidah Restu Langit (Pustaka Puitika: 2013), Odyssey (Pustaka Puitika: 2013), Diorama (Pustaka Puitika: 2013). Saat ini bergiat dan mengasuh komunitas literasia: Anam Khoirul Anam Reader (AKAR).

Related Posts

1 of 124