Kreativitas

Taufiq Ismail: Horison Cetak Beralih ke Online Mulai Hari Ini

NUSANTARANEWS.CO – Majalah Sastra Horison setelah genap berusia 50 tahun pada 26 Juli 2016, optimis tidak terbit cetak lagi. Hal ini disampaikan dan diresmikan dalam perayaan 50 Tahun Majalah Horison di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki (TIM).

Pimpinan Redaksi Majalah Sastra Horison Jamal D. Rahman menjelaskan bahwa seiring dengan perkembangan dunia digital dan internet, sejak 2010 majalah Horison membuka Horison Online guna melayani pembaca secara digital. Dengan kian maju dan luasnya penggunaan internet khususnya dalam lima tahun terakhir, Horison sebagai media cetak kini menghadapi tuntutan untuk lebih serius menjajikan sajiannya secara online.

“Maka, seluruh edirsi Horison-cetak selama 50 tahun usianya akan dapat diakses melalui Horison Online. Dan, setelah setengah abad Horison kini, Horison Online tampil dengan disains baru, dengan tampilan yang lebih menarik dan atraktif. Juga dengan isi yang mudah-mudahan kian bermutu. Pemimpin Redaksi Horison Online ada Dr. Sastri Sunarti,” terang Jamal melalui siaran persnya.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

(Baca: 50 Tahun Majalah Sastra Horison Dirayakan Penuh Romatisme Masa Lalu)

Hal senada juga disampaikan dengan tegas oleh salah satu pendiri Horison Taufik Ismail dalam pidato pengantarnya. Sastrawan penulis buku puisi “Benteng dan Tirani” ini mengatakan bahwa Horison sepenuhnya beralih ke platform daring (online) sejak hari ini melalui proses pemencetan tombol pembukaan situs horisononline.or.id.

“Seirama dengan perkembangan teknologi masa kini, maka Horison cetak beralih ke online mulai hari ini. Biaya untuk penerbitan cetak itu cukup besar. Tapi, kalau dijadikan online, biaya tak sedemikian besar,” kata Taufiq Ismail.

Dalam pidatonya, Taufiq juga mengkisahkan mula asal lahirnya majalah sastra yang kelak menjadi satu-satunya majalah berusia paling panjang di Indonesia. Selain itu, ia juga menceritakan para pendiri Horison yaitu Arief Budiman (aktivis), jurnalis kawakan Mochtar Lubis, pelukis Zaini, dan tokoh pers nasional PK Ojong. Ketiganya yang tersebut terakhir sudah wafat. Walaupun Arie Budiman masih hidup, lantaran dalam kondisi kurang sehat, pihaknya tidak dapat hadir namun menyampaikan pesan kepada seluruh hadirin.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

Menurut Taufiq, perjuangan untuk rutin menerbitkan majalah sastra bulanan bukanlah upaya yang mudah. Selama 50 tahun belakangan ini, tutur dia, semua pihak baik individu maupun korporasi yang mencintai sastra Indonesia tidak putus-putusnya membantu Horison.

“Saya sebagai salah satu pendiri Horison luar biasa terharu. Rasa terima kasih kami kepada Anda sekalian. Terima kasih. Terima kasih. Semoga Allah membalas budi baik Anda sekalian. Amin,” ucapnya.

Taufik Ismail pun bersyukur karena dalam perjalanannya, Majalah Sastra Horison menjadi majalah sastra yang panjang umur di Indonesia. “Alhamdulillah. Ini adalah majalah sastra yang boleh dikatakan satu-satunya di Indonesia yang masih bisa bertahan 50 tahun. Di dalam tataran dunia, Horison termasuk majalah sastra yang senior,” ujar Taufiq mengakhiri pidatonya.

Selanjutnya, hadirin dihibur oleh penampilan musikalisasi puisi burjudul “Dengan Puisi Aku” karya Taufiq Ismail yang dibawakan oleh Ali Malibu dan Shallini. Menyusul di belakangya pembacaan cerita pendek (cerpen) oleh cerpenis ternama tanah air sekaligus redaktur Horison Joni Ariadinata. Sebagai penutup acara hiburan dihidangkan kepada hadirin pemutaran klip video puisi karya Taufiq Ismail yang dijadikan lagu oleh Chrisye. Akhirnya, sebelum memasuki acara inti “Orasi Budaya: Belajar Manusia kepada Sastra” oleh Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun, dilangsungkan acara peluncuran Horison Online dengan resmi oleh Taufiq Ismal.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

Acara penuh gairah sastra ini dihadiri para tokoh nasional seperti mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim dan Wardiman Djojonegoro, serta wakil ketua DPR Fadli Zon. Kemudian, sejumlah budayawan dan seniman yakni Emha Ainun Nadjib, Ahmad Tohari, Danarto, Toeti Herati, Ajip Rosidi, Jose Rizal Manua, Budhy Setyawan, Mahwi Air Tawar, Agus R. Sarjono, Naruddin Pituin, Achmad Faqih Mahfudz, Sofyan RH. Zaid, dll. Bahkan Aktris senior Jajang C. Noer pun ikut mengkhidmati acara yang mendekatkan hadirin pada dunia sastra. (Sulaiman)

Related Posts

1 of 6